Harga TBS Sawit di Ogan Komering Ulu-Sumsel Bergerak Naik, Rp1.280 Per Kilogram

Sejumlah truk pengangkut Tanda Buah Segar (TBS) kelapa sawit mengantre untuk pembongkaran di salah satu pabrik minyak kelapa sawit milik PT Karya Tanah Subur (KTS) Desa Padang Sikabu, Kaway XVI, Aceh Barat, Aceh, Selasa (17/5/2022). (ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/22)

BATURAJA – Harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, mulai bergerak naik dari Rp1.150 per kilogram (Kg) menjadi Rp1.280/Kg.

“Alhamdulillah harga jual TBS di tingkat pabrik saat ini perlahan naik sebesar Rp130 per kilogramnya,” kata Rudi, salah seorang petani sawit di Kecamatan Lubuk Raja, Ogan Komering Ulu (OKU) di Baturaja, Rabu 28 Juli 2022.

Menurut dia, kenaikan harga tersebut terjadi sejak sepekan terakhir yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani sawit di daerah itu.

Saat ini petani kembali bergairah bercocok tanam kelapa sawit karena harga jual berangsur normal, terlebih lagi sejak pemerintah mencabut larangan ekspor CPO.

BACA JUGA:   Penumpang Kapal dari Pelabuhan Sampit ke Pulau Jawa Disebut Melonjak

Begitupun untuk harga inti sawit pada periode kali ini juga mengalami kenaikan signifikan sebesar Rp567 setiap kilogram dari Rp3.361 menjadi Rp3.928/Kg.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian OKU, Joni Saihu secara terpisah mengatakan bahwa naiknya harga TBS sawit sejak sepekan terakhir terjadi karena pemerintah menghapus pungutan ekspor yang berlaku mulai 15 Juli hingga 31 Agustus 2022.

Kebijakan penerapan pungutan ekspor nol persen ini diharapkan bisa mengembalikan harga TBS sawit yang sebelumnya di atas Rp2.000 per kilogram sehingga petani di daerah itu dapat hidup sejahtera.

Dia juga berharap agar pemerintah bisa menghapus tiga kebijakan yang dinilai sudah tidak relevan dengan kondisi saat ini yang menyebabkan harga TBS sawit anjlok.

BACA JUGA:   Penumpang Kapal dari Pelabuhan Sampit ke Pulau Jawa Disebut Melonjak

Kebijakan yang dimaksud ialah percepatan penyaluran ekspor atau flush-out, kewajiban pasar domestik, dan kewajiban harga domestik.

“Dengan penghapusan tiga kebijakan tersebut diprediksi harga sawit akan kembali stabil,” ujarnya.

Joni menambahkan, di Kabupaten OKU sendiri kelapa sawit merupakan komoditi unggulan kedua setelah karet dengan luas lahan tanam mencapai 36.322,55 hektare (Ha).

Luas lahan tanam ini terdiri atas Perkebunan Kelapa Sawit milik perusahaan besar seluas 16.027,34 Ha, kebun plasma 18.794 Ha dan swadaya masyarakat seluas 1.500 Ha.

ANTARA