Ikan Betutu Kalteng Tembus Pasar Ekspor

    Dokumentasi - Kadislutkan Kalteng Darliansjah (kiri) saat mengunjungi UKM ekspor kelautan dan perikanan di Palangka Raya, belum lama ini. (ANTARA/HO-Dislutkan Kalteng)

    PALANGKA RAYA – Ikan betutu atau “Oxyeleotris marmorata” merupakan jenis ikan air tawar yang mirip dengan ikan gabus. Ikan ini juga disebut “marble goby” atau “marble sleeper” alias ikan malas.

    Ikan jenis ini, di berbagai daerah di Indonesia memiliki sebutan beragam, diantaranya seperti ikan bakut, bakutut, belosoh, boso, boboso, bodobodo, ikan bodoh, gabus bodoh, ketutuk, ikan malas dan ikan hantu.

    Memiliki panjang maksimal sekitar 65 cm, daging ikan ini memiliki kandungan vitamin E yang dipercaya dapat menghaluskan kulit dan menjaga kulit agar awet muda.

    Khasiat lain yang juga dipercaya ada pada ikan ini seperti banyak mengandung enzim dan hormon yang dapat meningkatkan vitalitas kaum pria.

    Selain itu, kandungan albumin pada ikan betutu juga berkhasiat mempercepat penyembuhan pada luka terbuka pasca operasi, luka jahitan, dan juga untuk membantu menyembuhkan luka bakar hingga mencegah infeksi hepatitis.

    Dengan berbagai manfaat, ikan yang mudah ditemukan di sungai-sungai, rawa, waduk, saluran air, maupun parit ini cukup diminati di tingkat lokal, nasional bahkan ekspor.

    Harga jual ekspor Ikan Betutu mendekati satu kali lipat dibanding harga di dalam negeri. Bahkan untuk beberapa negara, harga ikan ini lebih dari satu kali lipat.

    Estimasi rata-rata harga Ikan Betutu untuk pasar dalam negeri mencapai Rp90 ribu per kilogram. Sementara pasar luar negeri bisa mencapai Rp150-250 ribu per kilogram.

    Selisih harga yang pasar dalam negeri dan luar negeri yang tinggi, serta belum banyaknya persaingan pada pangsa pasar ikan jenis ini membuat banyak masyarakat terus komitmen bergelut menjadi pengekspor.

    Salah satu pelaku eksportir ikan ini adalah Giyono, warga Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah.

    “Beberapa waktu lalu, saya telah mengekspor sebanyak 130 kilogram Ikan Betutu ke negara Malaysia,” kata pria yang sebelumnya pernah menjadi tukang bangunan itu di Palangka Raya, Senin.

    Bahkan, saat ini dia juga telah memiliki izin usaha resmi berupa PT Ali Giyono Bakut yang salah satunya fokus pada komoditi ikan betutu.

    “Peluang budidaya hingga ekspor Ikan Betutu masing terbuka lebar. Keterbukaan teknologi dan informasi semakin memudahkan masyarakat mengakses seluk-beluk ikan ini, mulai dari metode budidaya, produk turunan olahan sampai pemasaran hingga peluang ekspor,” katanya.

    Petakan potensi perikanan

    Dalam rangka memperkuat Provinsi Kalimantan Tengah dalam mengekspor produk perikanan, Gubernur Kalteng Sugianto Sabran juga telah mengeluarkan instruksi yang jelas.

    Dinas Kelautan dan Perikanan setempat dan pemerintah daerah se-Kalteng diminta mengidentifikasi serta memetakan potensi produk kelautan maupun perikanan.

    Pemetaan potensi perikanan itu harus dilakukan menyeluruh serta terperinci sehingga diperoleh gambaran dan data serta kondisi perairan dan ekosistemnya.

    Apalagi, Provinsi Kalteng memiliki 11 sungai besar dan 33 sungai kecil yang bermula dari utara dan mengalir ke Laut Jawa. Salah satunya Sungai Barito merupakan sungai terpanjang di Kalimantan Tengah dengan panjang mencapai 900 km dengan kedalaman berkisar 6 sampai 14 meter.

    Selain itu Provinsi berjuluk “Bumi Tambun Bungai, Bumi Pancasila” ini juga memiliki rawa dan danau yang hampir tersebar di sebagian besar kabupaten dan kota.

    Kondisi ini memungkinkan pengembangan usaha perikanan darat baik penangkapan ikan maupun budidaya.

    “Selain untuk mengetahui kondisi perairan, data hasil pemetaan ini juga bisa dimanfaatkan untuk promosi potensi investasi bidang perikanan,” kata Gubernur Kalteng.

    Diantara pemetaan tersebut dapat berupa luas masing-masing danau dan kondisinya. Kemudian juga jenis ikan dan tumbuhan endemik apa saja yang ada di kawasan tersebut serta gambaran kondisi di masing-masing wilayah perairan beserta kawasan sekitarnya.

    Ekspor

    Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng, ekspor produk pertanian yang di dalamnya termasuk sektor perikanan pada periode Januari-Juni 2022 mengalami kenaikan dibanding periode yang sama pada 2021.

    Nilai ekspor periode Januari-Juni 2022 Kalteng naik 2,62 persen dari 9,11 juta dolar Amerika pada Januari-Juni 2021 menjadi 9,34 juta dolar Amerika pada Januari-Juni 2022.

    Kemudian untuk volume ekspor dengan pada periode yang sama juga naik 6,63 persen atau dari 91,12 ribu ton pada Januari-Juni 2021 menjadi 97,07 ribu ton pada Januari-Juni 20202.

    “Selain ikan Betutu, beberapa jenis ikan lain asal Kalteng yang berhasil menembus pasar ekspor. Diantara jenis ikan itu seperti botia, seluang, ‘aquatic plant’ atau tanaman air,” kata Gubernur Sugianto.

    Ekspor produk kelautan dan perikanan asal provinsi ini mampu menjangkau hingga pasar Eropa, tepatnya Negara Ceko.

    Melihat peluang pasar ekspor yang masih terbuka lebar disertai potensi pengembangan dan pemasaran yang masih sangat besar, Pemprov Kalteng bersama sejumlah pihak telah meluncurkan ekspor produk kelautan dan perikanan.

    Peluncuran ekspor produk kelautan dan perikanan, meliputi tanaman air jenis bucephalandra berjumlah 3.000 picis atau sembilan koli dengan negara tujuan ekspor ke Ceko.

    Kemudian ikan botia berjumlah 30.000 ekor dan ikan seluang 5.000 ekor dengan negara tujuan ekspor ke Singapura, serta ikan botia berjumlah 5.000 ekor dan ikan seluang 1.000 ekor dengan negara tujuan ekspor ke Jepang. Juga ada ikan betutu berjumlah 130 kilogram atau 130 ekor dengan negara tujuan ekspor ke Malaysia.

    Banyak negara yang sangat berminat dengan ikan lokal Kalteng, seperti Singapura, Malaysia, Jepang, Thailand, Hongkong, Jerman, Perancis, China, Amerika Serikat, Korea, termasuk Inggris dan Ceko.

    Untuk itu, Pemprov Kalteng menggandeng pihak terkait lain juga siap dukungan sarana prasarana ekspor, dan memperkuat kerja sama dengan perbankan dan lembaga pembiayaan ekspor.

    Tak hanya itu, Pemprov juga siap memfasilitasi upaya kepastian jadwal penerbangan, dukungan kelengkapan dokumen ekspor, termasuk surat Pemberitahuan Ekspor barang (PEB) yang diperlukan dalam menjual produk ke luar negeri.

    (ANTARA)