TPID Kalteng Akan Gelar Operasi Pasar Hingga Akhir Tahun untuk Kendalikan Inflasi

Pasar murah dalam rangka penanggulangan inflasi di Buntok Kabupaten Barito Selatan, Minggu (4/9/2022). (ANTARA/HO-Diskominfosantik Kalteng)

PALANGKA RAYA – Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah bersama pemerintah tingkat kabupaten/kota dan Bank Indonesia melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) bersinergi menyelenggarakan operasi pasar terhadap sejumlah komoditas pangan untuk mengendalikan inflasi hingga akhir tahun 2022.

“Operasi pasar yang dimulai sejak Agustus 2022 dan rencananya digelar secara berkala hingga akhir tahun ini, akan mengutamakan komoditas beras, minyak goreng, bawang merah, cabai rawit, telur ayam ras dan ikan nila. Dengan begitu, daya beli masyarakat tetap terjaga dan menahan kenaikan inflasi lebih jauh,” kata Kepala Bank Indonesia Perwakilan Kalteng Yura Adalin Djalins di Palangka Raya, Kamis 15 September 2022.

Menurut dia, pihaknya di TPID juga memperkuat program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Gubernur Kalteng Sugianto Sabran bahkan telah meluncurkannya di Barito Selatan, berupa program GNPIP Sekuyan Lombok.

BACA JUGA:   Dishub Kalteng Berkerja Sama dengan BPTB Kelas II Selenggarakan Mudik Gratis

Selain beberapa hal itu, ujar dia, BI juga telah mendorong pemerintah daerah untuk menjalin Kerja sama Antar Daerah (KAD) dalam rangka pemenuhan komoditas pangan yang mengalami defisit, sehingga pasokan dan stabilitas harga dapat terjaga.

“Berbagai kegiatan pengendalian inflasi yang telah dipersiapkan dan dilakukan tersebut, dapat terlaksana dengan mengoptimalkan anggaran yang dimiliki oleh masing-masing pemda,” katanya.

Berdasarkan catatan BI Kalteng, inflasi tahunan di provinsi setempat pada Agustus 2022 terpengaruh beberapa hal, yakni kenaikan harga energi global akibat perang Rusia-Ukraina, gangguan mata rantai pasokan akibat COVID-19, serta keterbatasan pasokan akibat kondisi cuaca yang berdampak pada gangguan panen.

Adapun Komoditas penyumbang inflasi tahunan terbesar Kalteng ialah tarif air minum PAM, tarif angkutan udara, bahan bakar rumah tangga, beras dan kue kering berminyak (gorengan). Dari segi pangan bergejolak (volatile food), selain beras, minyak goreng, bawang merah, cabai rawit, telur ayam ras dan ikan nila juga menjadi komoditas penyumbang inflasi.

BACA JUGA:   DAD Kalteng Bersama Berbagai Lembaga dan Ormas Kembali Gelar Pasar Ramadan

Namun demikian, berdasarkan pemantauan harga angkutan udara sudah mulai mengalami normalisasi. Demikian halnya cabai rawit dan bawang merah seiring mulai masuknya musim panen pada sentra produksi di pulau Jawa. Beras juga diharapkan mulai memasuki musim panen pada September-Oktober termasuk pada sentra produksi di Kalteng.

“Inflasi yang rendah dan stabil merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya akan memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Jika inflasi terlalu tinggi akan berdampak pada penurunan daya beli, khususnya bagi pekerja dengan penghasilan tetap,” kata Yura.

(ANTARA)