Pemilik Kafe King Rizhuly Bantah Kafenya Sarang LGBT

AULIA/BERITA SAMPIT - Soel Pemilik Kafe King Rizhuly.

PALANGKA RAYA – Pemilik Kafe King Rizhuly, Soel membantah bahwa kafenya merupakan sarang LGBT, ia memberikan klarifikasi terkait pemberitaan yang kini viral.

Saat ditemui di rumahnya, Rabu 28 September 2022 Owner King Rizhuly ini klarifikasi pemberitaan di media siber Berita Sampit pada Selasa 27 September 2022 yang menyebutkan kalau sebuah cafe di Palangka Raya menjadi sarang LGBT.

“Itu tidak benar dan kejadian sebenarnya dari video tiktok yang sebelumnya beredar ada sebuah perkelahian yang terjadi di kafe saya dan ada adegan dua orang laki-laki yang tampak seperti berciuman,” ungkap Soel.

Ia menegaskan kejadiannya tidak seperti itu, kata Dia, memang sempat hendak terjadi keributan, namun pegawai kafe sempat melerai. “Karena suara musik yang keras sehingga kedua pria tersebut berbicara di dekat telinga dan sangat dekat jadi terlihat seperti berciuman,” ujarnya.

BACA JUGA:   Aksi Hipnotis Menimpa Seorang Emak-Emak di Sampit

Ketua Majelis Agama Kaharingan Indonesia (MAKI) ini menyayangkan pemberitaan yang viral hingga nasional. “Tapi saya pribadi sudah memaafkan dan meminta agar stop pemberitaan serta komentar tentang Kafe saya yang menyebutkan sarang LGBT karena itu sangat merugikan usaha kami,” tegasnya.

Ia menduga dengan kejadian ini banyak pihak yang selama ini tidak senang dengan bisnis kafe yang baru dibukanya sejak Maret 2022 ini mengambil kesempatan untuk menjatuhkan.

“Saya kecewa dengan dugaan persaingan bisnis yang tidak sehat, pada hal kelebihan kafe kami karena tempatnya nyaman dan harga merakyat,” ujar Soel.

BACA JUGA:   Berkali-kali Dianggap Ingkar Janji, Masyarakat Lakukan Aksi Panen Massal Terus Bertambah

Disinggung soal izin, Soel mengatakan bahwa kafe miliknya selain berizin sebagai kafe tempat makan minum juga ada izin tempat minum beralkohol golongan AB.

“Minuman yang dijual berkadar alkohol 5 hingga 20 persen itupun kita batasi pembeliannya untuk mencegah pengunjung menjadi kurang terkontrol,” kata Soel.

Selanjutnya Soel menuturkan, kalau kafe miliknya hanya memperbolehkan pengunjung di bawah umur hingga jam 10 malam dan minuman beralkohol pun kebanyakan dibeli oleh orang dewasa dan semua minuman yang dijual ada pajak daerahnya.

“Untuk masalah LGBT saya secara tegas menolak, karena saya sebagai orang Dayak sangat menghormati norma-norma di masyarakat dan menjunjung tinggi etika adat timur,” tutupnya. (AULIA).