Pembukaan Lahan Sawit Disinyalir Penyebab Banjir Makin Parah di Kotim

IST / BERITA SAMPIT - Ketua Kerukunan Utas Damang Bahandang Balau (KUDBB) Kabupaten Kotim, G Purwanto DS Umar.

SAMPIT – Hingga kini banjiir masih terus terjadi dan merendam sejumlah desa di utara hingga di sejumlah pemukiman kota di Kabupaten Kotawaringin Timur, pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit secara besar-besaran dinilai menjadi salah satu penyebabnya.

Tokoh adat di Kabupaten Kotawaringin Timur G Purwanto DS Umar mengatakan banjir kali ini merupakan yang terparah sepanjang tahun terakhir, akibatnya yang jadi korban adalah masyarakat.

Menurut Ketua Kerukunan Utus Damang Bahandang Balau (KUDBB) Kabupaten Kotim ini, banjir terjadi akibat kebiasaan manusia sendiri yang sering menyebabkan kerusakan terhadap alam.

Seperti pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit dengan merusak pohon di hutan yang jadi penyangga selama ini, sehingga tidak ada lagi resapan air, ditambah lagi kebiasaan buruk, sampah yang dibuang sembarangan sehingga sungai yang menjadi tempat aliran air menjadi dangkal.

BACA JUGA:   Tokoh Muda ini Siap Bertarung di Pilkada Kotim

“Orang sering membuang sampah di sungai, ini menyebabkan permukaan sungai menjadi dangkal karena sampah yang menumpuk. Bahkan saya lihat rumah atau bangunan ruko di bangun dengan menutup atau mempersempit sungai atau saluiran,” kata pendiri KUDBB Kalteng itu.

Menurutnya Permukaan sungai yang dangkal menyebabkan sungai tidak dapat lagi menampung air dalam jumlah yang banyak dan juga menyebabkan tanah tidak dapat lagi menyerap air.

Akibatnya, ketika hujan turun dengan durasi yang lama, walaupun tidak terlalu deras akan menyebabkan air meluap ke segala arah dan air dalam jumlah yang besar tersebut akan mengalir ke daerah pemukiman warga.

“Air tersebut menyebabkan rumah-rumah tergenang, lebih buruknya banjir dapat menenggelamkan rumah-rumah di pemukiman warga,” tegasnya.

BACA JUGA:   Pemkab Kotim Perpanjang Status Tanggap Darurat Banjir 14 Hari Kedepan

Dia mendesak kepada pemerintah daerah harus mencari solusi baik itu jangka pendek hingga jangka panjang, di sisi lain juga bantuan harus terus disalurkan secara merata pasalnya di sejumlah desa ada yang sudah tidak bisa bekerja akibat dampak banjir yang sudah berbulan-bulan ini.

Purwanto juga menilai selama ini tidak ada solusi yang nyata untuk mengatasi persoalan banjir ini, buktinya setiap tahun sejumlah wilayah di Kotim terendam saat musim penghujan.

Dikatakannya keberadaan hutan yung sudah menipis akibat izin usaha perkebunan yang diberikan secara besar-besaran selama ini seolah tidak pernah dipikirkan. Hatusnya ada solusi, untuk mengembangkan program penanaman pohon hingga menetapkan kawasan hutan ada agar tidak sisa hutan yang ada tidak lagi diberikan izin untuk pembukaan lahan sawit.(naco)