Puluhan Desa Terdampak Banjir di Katingan

IST/BERITA SAMPIT - Penyerahan bantuan dari para dermawan kepada warga terdampak banjir di Katingan.

KASONGAN – Banjir yang terjadi hingga sekarang di Kabupaten Katingan belum memberikan tanda-tanda surut, bahkan silih berganti. Ketika bagian hulu Katingan air mulai surut bagian selatan Katingan mulai bertambah naik.

Akibatnya banjir yang terjadi hampir berbulan-bulan ini mengganggu aktivitas ekonomi masyarakat dan program pembangunan dari pemerintah daerah. Tercatat 25 desa di Katingan terdampak banjir.

“Sampai saat ini banjir merendam 25 desa di empat kecamatan dan mengakibatkan sebanyak 3.307 kepala keluarga (KK) terdampak banjir,” ungkap Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Katingan Roby. Kamis, 19 Oktober 2022.

Dia menjelaskan pemerintah daerah telah dua kali menetapkan status tanggap darurat dalam tahun ini. Pihaknya juga telah mendirikan beberapa posko pengusingan seperti di Taman Religi Kasongan, Desa Tumbang Runen dan Dusun Kereng Pakahi Desa Jahanjang Kecamatan Kamipang.

“BPBD Katingan juga telah mendistribusikan air bersih dengan mobil-mobil tangki air. Hal itu untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat akibat semua sumur terbuka masyarakat terendam banjir,” jelasnya.

Menurutnya, normalisasi sungai Katingan dengan melakukan pengerukan pada beberapa titik-titik tertentu diharapkan dapat mempercepat surutnya banjir. Pihaknya juga menyampaikan permohonan kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Balai Wilayah Sungai Kalimantan II Kalimantan Tengah di Palangka Rya untuk melakukan kajian khusus terhadap daya tampung Sungai Katingan yang berkurang.

“Masyarakat diminta untuk terus waspada karena BMKG masih memperkirakan akan terjadi hujan dengan intensitas di atas normal sehingga potensi banjir masih sangat mungkin terjadi,” pungkasnya.

Diketahui sebelumnya BMKG telah menyampaikan Pandangan Iklim tahun 2023 (Climate Outlook 2023) bahwa sepanjang tahun 2023, gangguan iklim dari Samudra Pasifik yaitu ENSO diprakirakan akan berada pada fase Netral, tidak terjadi La Nina yang merupakan pemicu anomali iklim basah maupun El Nino yang merupakan pemicu anomali iklim kering.

Demikian juga dengan fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) yang merupakan gangguan iklim dari Samudra Hindia, diprediksi akan berada pada fase netral pada tahun 2023. Berdasarkan hasil monitoring dan prediksi BMKG, kondisi suhu muka laut di wilayah Indonesia pada September hingga November 2022 dalam kondisi hangat, kemudian diprediksi akan menurun menuju kondisi normal mulai Desember 2022 hingga Mei 2023.

Namun, karena kompleks dan labil atau dinamisnya kondisi atmosfer dan interaksinya dg samodra/lautan di wilayah kepulauan Indonesia, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati tetap mewanti-wanti semua pihak untuk bersiap menghadapi terjangan bencana hidrometeorologi akibat tingginya curah hujan tahunan 2023 yang diprakirakan melebihi rata-ratanya atau melebihi batas normalnya di sebagian wilayah Indonesia, dan bahkan juga tetap perlu waspada dan siaga terhadap peningkatan potensi kekeringan dan karhutla di beberapa wilayah rawan.

(Kawit)