Lebih Dari 2.000 DAS Belum Penuhi Syarat 30 Persen Kawasan Hutan

ANTARA/BERITA SAMPIT - Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam Disaster Briefing via daring di Jakarta, Senin (31/10/2022).

JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut lebih dari 2.000 daerah aliran sungai (DAS) belum penuhi syarat 30 persen kawasan hutan, yang berfungsi sebagai tangkapan hujan.

“Lebih dari 2.000 DAS yang kita miliki, mungkin tidak sampai 10 persen atau 20 persen yang memang masih memenuhi syarat 30 persen lokasi yaitu dari satu DAS itu, masih berupa kawasan hutan,” ujar Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam Disaster Briefing daring di Jakarta, Senin 31 Oktober 2022.

Abdul mengatakan jika kondisinya seperti itu, maka suatu DAS tidak akan efektif jika terjadi curah hujan tinggi, yang dapat menimbulkan banjir. Terutama di Pulau Jawa, yang mana hujan biasanya terjadi dalam waktu yang cukup lama.

“Tahun lalu kita ingat di Katingan, Sintang, dan lain-lain itu durasi banjirnya bahkan sampai 2 bulan. Sehingga bapak presiden menyampaikan permasalahan utama banjir di Kalimantan itu satu lingkungannya rusak,” ujar dia.

Menurut Abdul, hal tersebut harus segera dibenahi jika menginginkan solusi jangka panjang agar terhindar dari banjir. Sehingga tidak hanya berlaku solusi sesaat seperti pemompaan air, pembangunan tanggul, yang sewaktu-waktu tidak akan cukup dalam menangani banjir.

“Kalau kita tidak seperti itu maka mau tidak mau investasi kita untuk merestorasi lingkungan itu harus kita lakukan,” ujar Abdul.

Abdul menjelaskan terdapat sejumlah wilayah dalam pekan ini yang banjirnya lama surut seperti di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan dan sejumlah wilayah lainnya di Kalimantan Barat yang tidak dirincikan.

Dia mengatakan secara umum, kawasan yang diterjang curah hujan tinggi, tipikal banjirnya hanya sesaat. Artinya sehabis hujan dan muncul banjir, air tersebut akan surut.

“Tetapi kalau ada pengaruh lingkungan yang daya dukung daya tampung yaitu tidak memenuhi lagi kapasitas seharusnya, itu biasanya banjir susah surutnya. Mungkin saya bisa bilang mungkin kerusakan lingkungan di daerah aliran sungai dan daerah hulu nya,” kata Abdul. (Antara).