Peringati Hari AIDS Sedunia, Komisi Penanggulangan AIDS Gunung Mas Gelar Talkshow

M.Slh/BERITA SAMPIT -  Suasana berlangsungnya Talkshow dalam memperingati hari Aids Sedunia tahun 2022.

KAULA KURUN – Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah (Kalteng) mengelar Talkshow dalam memperingati hari Aids Sedunia tahun 2022 yang dilaksanakan di Gedung gereja GKE Kalawa Tampang Tumbang Anjir, Kecamatan Kurun, Rabu 28 Desember 2022.

Kegiatan tersebut mengusung tema “Satukan Langkah Cegah HIV, Semua Setara, Akhiri AIDS” Talk show ini dipandu oleh moderator Yuli Elisnawati dengan menghadirkan narasumber dari Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr. Helena, Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Mas, dr. Rina Sari.

Dalam paparnya, dr. Helena menyampaikan, AIDS merupakan sindrom atau kumpulan dari gejala yang muncul akibat sistem kekebalan tubuh yang sangat lemah. Dimana Infeksi yang seharusnya tidak parah pada orang normal, dapat saja menjadi mematikan pada penderita AIDS.

Kemudian sambungnya bahwa, AIDS disebabkan oleh HIV yang masuk ke dalam tubuh akan menghancurkan sel CD4. Dimana sel CD4 ini merupakan bagian dari sel darah putih yang melawan infeksi. Sehingga semakin sedikit sel CD4 dalam tubuh, maka semakin lemah pula sistem kekebalan tubuh seseorang.

“Sejauh ini tidak ada obat yang bisa menyembuhkan seseorang dari HIV, dan yang ada hanyalah obat untuk mengontrol gejalanya untuk memperlambat virusnya dari penyebaran ditubuh dan merusak berbagai sistem didalamnya,” ungkap dr. Helena.

Lebih lanjut dikatakannya, sejauh ini obat yang ada hanya untuk menekan virus tersebut, menekan gejalanya, mengurangi potensi penyebarannya dari penderita ke orang lain, tapi virus ini akan tetap ada ditubuh penderita tersebut, virusnya tidak mati dan dapat merusak tubuhnya, apabila pengobatannya dihentikan.

BACA JUGA:   Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia Melalui Sekolah Lansia

“Jika masyarakat telah terinfeksi, maka akan difasilitasi untuk diobati agar bisa kembali menjadi produktif dan masyarakat tidak meninggal karena AIDS, namun meninggal karena penyakit yang lain,” tuturnya.

Senada dengan hal tersebut, Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Mas, dr. Rina Sari menjelaskan bahwa, virus HIV menyerang sel limfosit TCD 4 yang menyebabkan daya tahan tubuh pengidapnya mengalami penurunan.

Dimana pengidap HIV mulai mengalami gejala di stadium tiga dan empat, mulai dari penurunan berat badan secara drastis, diare, demam, dan pembesaran kelenjar getah bening secara umum.

“Secara khusus pengidap HIV mengalami infeksi kulit jamur. Terduga infeksi HIV juga bisa mengalami gangguan pernapasan seperti batuk lebih dari satu bulan, sesak nafas. Sedangkan gejala seperti nyeri kepala yang semakin parah dan tidak jelas penyebabnya apa serta penurunan fungsi kognitif,” ucap dr. Rina Sari.

Dijelaskanya, mencegah terjadinya penularan HIV dengan langkah ABCDE, dimana A (Abstinence) yang berarti absen melakukan seks dan hanya boleh dilakukan orang sudah menikah. B (Be-Faithful) bersikap saling setia tidak berganti-ganti pasangan, C (Condom) cegah penularan dengan menggunakan alat kontrasepsi. D (Drug No) dilarang menggunakan narkoba, dan E (Equipment) tidak menggunakan alat-alat yang seharusnya satu kali pakai secara bergantian.

BACA JUGA:   Pendataan Penduduk Untuk Meningkatkan Kepastian Hukum Bagi Masyarakat

“Salah satu contohnya, penggunaan jarum suntik bekas orang lain bisa menjadi tempat untuk penularan penyakit HIV AIDS. Apabila orang positif mengidap penyakit HIV AIDS, maka sisa-sisa darah yang tertinggal di jarum suntik dapat masuk ke tubuh dan menginfeksi,” tuturnya.

Kemudian, ibu hamil yang tertular penyakit HIV AIDS dapat berisiko lebih besar untuk menularkan virus kepada bayinya melalui plasenta. Virus juga dapat menular dari ibu ke bayi selama proses persalinan berlangsung.

“Ibu hamil harus rutin melakukan pemeriksaan darah, terutama bagi mereka yang positif tertular penyakit HIV AIDS. Pemeriksaan awal akan membantu proses penanganan untuk dapat menekan risiko penularan pada bayi,” tutup dr. Rina Sari.

Sejarah Hari AIDS Sedunia

Hari AIDS Sedunia bermula dari usulan dua anggota World Health Organization (WHO) bernama James Bunn dan Thomas Netter pada 1988 untuk program pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS.

Usulan itu sengaja dicetuskan ketika ramai kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat dan perayaan natal sehingga menggiring etensi masyarakat untuk bersama-sama bergerak meningkatkan kepedulian terhadap penyakit menular tersebut.

Akhirnya, mereka sepakat untuk memilih tanggal 1 Desember sebagai Hari AIDS Sedunia sekaligus jadi hari peringatan internasional pertama terkait kesehatan global. Butuh 16 bulan untuk merancang dan menggonsepkan peringatan tersebut hingga akhirnya ditetapkan. (ale)