Pemilih Didominasi Penikmat Media Konvensional, Golkar tetap Rambah Medsos

Ketum Golkar Airlangga Hartarto

JAKARTA,- Mayoritas pemilih Partai Golkar belum melek media sosial atau medsos. Hal itu berdasarkan hasil survei Litbang Kompas yang dilakukan pada 25 Januari-4 Februari 2023 ini.

Politikus Parta Golkar Emanuel Melkiades Laka Lena mengungkapkan partainya akan menggenjot pemanfaatan media sosial untuk lebih menjangkau para pemilih muda.

“Ketum Airlangga Hartarto sebagai pendorong utama revolusi 4.0 di Indonesia terus mendorong penggunaan digital dalam pengelolaan partai, dalam berbagai urusan. Juga penggunaan medsos dalam menyapa, menjelaskan kinerja, dan menggalang dukungan dari konstituen,” tegas Melki – sapaan akrab Emanuel Melkiades Laka Lena di Jakarta, Selasa (21/2).

Kendati demikian, Golkar juga tidak akan membiarkan pemilih lama. Menurut Melki, Golkar menyiapkan 2 strategi untuk merespons segmen pemilih lama maupun baru. Menurutnya, Golkar tidak akan membuat pembedaan dan akan tetap mewadahi keduanya.

“Ini adalah perpaduan menjaga, merawat yang lama dan juga menjangkau, serta mengajak yang baru terlibat menjadi pemilih Golkar. Tentu dengan berbagai macam program sesuai dengan ideologi Partai Golkar yang berbasiskan Pancasila dan doktrin Karya Kekaryaan,” ujarnya.

BACA JUGA:   Index Pembangunan Pemuda Naik, Legislator Golkar Bilang Begini!

Melki mengungkapkan partainya berada rel yang tepat di bawah komando Ketum Airlangga Hartarto untuk memenangi Pemilu 2024, baik pilpres maupun pileg.

“Kami percaya bahwa semua upaya Partai Golkar yang dipimpin Pak Airlangga Hartarto bisa mengoptimalkan 2 pendekatan tersebut untuk bisa memenangkan Pemilu 2024,” pungkasnya.

Sebelumnya, survei Litbang Kompas mengungkapkan tak sampai seperempat dari konstituennya yang menjadikan media sosial sebagai pilihan utama. Sama halnya dengan mereka yang cenderung memilih berita daring sebagai pilihan utama, yakni sebesar 4 persen.

Jika dibandingkan, angka tersebut jauh di bawah jumlah para pemilih Golkar yang lebih suka media tradisional, seperti koran dan TV, di kisaran 64 persen.

Dunia Maya

Sementara itu, Pengamat Budaya dan Komunikasi Digital dari Universitas Indonesia (UI) Firman Kurniawan mengatakan, parpol masih perlu membangun strategi kampanye di dunia maya.

BACA JUGA:   Teras Narang: Perubahan atas Undang-undang Paten merupakan Keniscayaan

“Media sosial memiliki karakter sebagai media yang berjejaring. Artinya, unggahan yang disebarluaskan oleh media ini, walaupun tak diakses langsung oleh target khalayaknya tetap mampu merembes, mempengaruhi konstituen bahkan yang kurang melek sosial,” kata Firman, Selasa (21/2).

Firman menambahkan, konstituen dalam kategori ini terpengaruh secara tak langsung lewat perbincangan, atau alih medium dari media sosial ke media media lainnya. “Unggahan unggahan dari media sosial tetap dapat membangun pengaruh yang luas, kepada khalayak,” jelas Firman.

Menurut Firman, media sosial akan memberikan pengaruh yang luas, melengkapi media konvensional.

“Jadi, dalam praktiknya, khalayak yang kurang melek media sosial tetap disentuh media sesuai kecenderungan pilihannya (media preference). Dan media sosial tetap difungsikan, walaupun tidak jadi media utama, untuk menciptakan efek tak langsung,” ungkap Firman.

(adista)