Indahnya Ramadan, Legitnya Hintalu Karuang

JUN/BERITA SAMPIT - Hintalu Karuang dan Kolak Pisang, takjil khas bulan Ramadan

“Buka puasa dengan yang manis”, kalimat ini tentu sudah tidak asing di telinga kita. Pasalnya, anjuran ini didengungkan karena dapat membantu mengembalikan energi dengan cepat, usai menjalankan ibadah puasa. Berbagai takjil atau panganan tradisional dengan cita rasa legit dan manis dijajakan di bulan puasa, salah satunya Hintalu Karuang.

Oleh: Muhammad Junus

Jam dinding baru menunjukan pukul 01.00 WIB, namun kesibukan terlihat di salah satu rumah di Jalan Ir H Juanda Sampit.

“Tambahi Gelapungnya (tambahkan tepungnya),” celetuk salah seorang paruh baya kepada sekelompok penghuni rumah lainnya yang sibuk membuat sebuah adonan.

Disisi lain terlihat seorang lelaki sedang membuat bola bulat kecil dari tepung ketan, air hangat, air kapur sirih dan garam.

“Tinggal dibuat bulatan kaya ini aja. Agak besar dari kelereng atau sebesar telur burung,” ujar lelaki itu kepada Berita Sampit.

Kesibukan penghuni rumah dini hari itu adalah untuk mempersiapkan bahan panganan Bubur Hintalu Karuang.

Bubur Hintalu Karuang, dalam bahasa Banjar (Kalsel) hintalu berarti telur, sedangkan Karuang merupakan sejenis burung kutilang atau sejenis cucak.

Bukan saja menjadi favorite didaerah asalnya, ternyata kuliner ini juga diburu warga Sampit selama ramadan sebagai menu buka puasa, sebab panganan ini jarang dijumpai pada hari-hari biasa dan hanya ada saat bulan puasa.

Sementara jarum jam telah menunjukkan pukul 03.15 WIB, artinya dua jam lebih penghuni rumah itu membuat bola-bola kecil yang akan diolah menjadi bahan Hintalu Karuang.

“Sahur disini aja Bang,” ujar lelaki itu.

“Ini bahannya sudah selesai, memasak buburnya nanti jam dua siang. Jadi setelah selesai dimasak langsung dijajakan panas-panas,” sambungnya menambahkan.

Dinamakan Hintalu Karuang bukan berarti bubur ini berbahan telur burung Karuang.

Panganan ini terdiri dari kuah bubur yang kental dan manis karena dibuat dengan santan dan gula merah, sedangkan didalamnya terdapat bulatan-bulatan kecil mirip telur burung yang terbuat dari tepung ketan dan terasa kenyal saat digigit. Semakin lama bulatan kecil dari tepung ketan itu terendam kuah rasanya semakin nikmat.

Sensasi dan rasanya nikmat membuat kuliner ini selalu diburu menjelang saat berbuka puasa, terlebih disantap saat masih panas.

Bubur Hintalu Karuang, panganan berwarna kecoklatan ini merupakan kuliner khas masyarakat Banjar, Kalimantan Selatan. Sebagian dari mereka juga menyebutnya Bubur Kekicak.

Seperti yang terlihat di warung Mama Opik di Jalan Ir. H. Juanda Sampit.

Warung ini tidak pernah sepi pembeli sejak dibuka pukul 2 siang hingga 5 sore, bahkan hanya dalam waktu kurang dari satu jam saja kuliner Hintalu Karuang yang dijajakan ludes diburu pembeli.

Selain rasanya yang nikmat, harganyapun murah meriah.

Untuk anda yang ingin merasakan sensasi dan nikmatnya bubur hintalu karuang ini anda hanya mengeluarkan dana 10 ribu rupiah perporsinya.

Sensasi rasanya yang khas inilah tak heran penjual bubur hintalu karuang di kota Sampit ini selalu dipadati pembeli setiap sore hari menjelang berbuka puasa sebagai takjil.

Mama Ofik mengatakan, jika pada hari biasa dirinya berjualan nasi kuning dan lontong, namun dibulan ramadan ini panganan yang ia sediakan berupa kolak pisang, bubur kacang ijo, dan sang primadona Hintalu Karuang atau bubur kakicak disamping jajanan lainnya.

Mengenai omzet dan keuntungannya ibu asal Abulung Martapura, Kabupaten Banjar,  Kalimantan Selatan yang sudah menjadi warga Sampit ini enggan berkomentar. Namun menurutnya keuntungan dari berjualanan jajanan berbuka ini cukup untuk berlebaran nantinya.***