Sudah Ada Penampakan: Bisakah Kabupaten Kobar Menuju Swasembada Cabe

Opini Oleh : Maman Wiharja (Wartawan Senior – beritasampit.com)

KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT ( Kobar ), saat ini sudah mulai ada penampakan untuk menuju Swasembada Cabe ( Cabe merah,hijau dan rawit ). Menyusul bebera minggu yang lalu Pj.Bupati Kobar Anang Dirjo dan Plt.Sekda Kobar Juni Gultom, bersama Ketua DPRD Kobar Rusdi Gozal serta sejumlah unsur Lembaga lainnya, telah dua kali memanen cabe di 2 Desa dan hasilnya luar biasa.

Pengamatan penulis, kita bersyukurlah saat ini salah satu sektor komoditi tanaman pangan yaitu cabe rawit di Kabupaten Kobar produksinya sudah mulai surplus alias sudah mulai menampakan siap kedepannya Kabupaten Kobar menuju swa sembada cabe.

Alasan Kabupaten Kobar sudah mulai surplus cabe, penulis mendapat informasi dari Plt. Sekda Kobar Juni Gultom, bahwa Kabupaten Kobar telah menduduki surplus cabe rawit pada urutan nomor 56, dari seluruh Kabupaten/Kota se Indonesia.

Pengamatan penulis, untuk menuju swasembada semua sektor komoditi pangan pertanian, di Kabupaten Kobar seperti halnya cabe, tentunya dalam pengelolaannya tidak semudah membalikan telapak tangan.

Harus ada kebersamaan yang hakiki, dalam artian  semua unsur pelaku pertanian mulai dari petani, aparat desa, camat harus melekat memiliki niat, semangat, dan memiliki etos kerja yang tinggi.

BACA JUGA:   Baru Dua Bulan Bertugas, Jumlah Kegiatan Kapolres Kobar AKBP Yusfandi Usman Mencapai Record Tertinggi

Juga Kepala Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan ( TPHP ), sebagi induk pembina,  harus benar-benar tuntas  melaksanakan pembinaannya. Jangan sampai kalau ada salah satu sektor tanaman pangan yang telah di panen, tidak ada kelanjutannya.

Buktinya kegiatan panen dari sejumlah jenis tanaman pangan seperti padi, cabe, bawang merah, yang telah penulis buktikan sejak dulu  sampai sekarang tidak pernah ada kelanjutannya, walau pun ada tapi tidak merata.

Bahkan penulis, dulu pernah mendengar dari aparat desa,  karena sejumlah warga yang memiliki lahan sawah hasilnya sangat bagus, katanya oleh Camat setempat dilaporkan ke Bupati. Kemudian Bupatipun gembira dan bersama Unsur Porkofimda menggelar ‘Panen Raya Padi’, tapi setelah panen selesai engga ada kelanjutannya.

Kenapa di Kabupaten Kobar, kalau sudah panen padi dan panen tanaman pangan lainnya tidak berkelanjutan, pengamatan penulis factor utamanya adalah kurangnya manusia menjadi tenaga petani.

Lihat lahan-lahan di wilayah Kabupaten Kobar sampai sekarang masih banyak yang kosong, karena manusianya sedikit maka lahan-lahan yang kosong kini menjadi incaran sejumlah pengusaha besar besar dari luar Kalteng.

BACA JUGA:   Berdiri Tahun 1961 dengan Modal Dasar Rp10 Juta, Bank Kalteng Sekarang Berhasil Menumbuhkan Aset Sampai Rp15,19 Triliun (Bagian 01)

Jadi pengamatan penulis, kalau seluruh Kabupaten di Kalteng ingin cepat maju dan berkembang pembangunannya, syaratnya hanya satu saja perbanyak warga masyarakatnya dengan cara Pemerintah kembali memprogramkan Transmigrasi.

Contoh kecil, kalau kita menjadi warga salah satu komplek perumahan kemudian RT kita mengumumkan, bahwa besok Minggu kerja bakti bikin Pos Kamling, maka besoknya hanya 1 hari saja Pos Kamling selesai dibangun, kenapa bisa cepat selesai, karena manusianya banyak.

Kemudian lihat Kota Banjarmasin karena penduduknya luar biasa padatnya, kini pembangunan dan pemukiman penduduknya semakin pesat berkambang bahkan sudah melebar keperbatasan Kabupaten Kapuas.

Dan hebatnya lagi sampai sekarang sudah puluhan tahun bahkan ratus, yang namanya Beras Banjar, tidak pernah sirna setiap tahun terus berproduksi 2 sampai tiga kali panen, apa sebab ?  karena para petaninya banyak.

Kalau di Kabupaten Kobar, Lamandau, Seruyan, Kotim, apa lagi dibeberapa Kabupaten hasil pemekaran di Kalteng, yang hanya dengan jumlah 40.000 hak pilihnya bisa jadi ‘Negara’.

Tapi yang berkembang didaerahnya bukan kebun milik warga. justru yang cepat berkembang sejumlah pengelola pemerintahannya, memiliki  rumah mewah, mobil mewah.