Pemilu 2019 Diharapkan Sebagai Upaya Fastabiqul Khoirot

    Editor: A Uga Gara

    JAKARTA— Anggota MPR RI Fraksi Golkar, Ace Hasan Syadzily mengatakan bahwa pemilu legislatif dan presiden pada 17 April mendatang mestinya dijadikan sebagai instrumen upaya untuk berlomba-lomba dalam kebaikan atau ‘Fastabiqul Khoirot’.

    Hal itu disampaikan Ace Hasan dalam diskusi Empat Pilar MPR RI ‘Konsolidasi Nasional Untuk Pemilu Damai’ di Gedung Nusantara III Parlemen Senayan, Jakarta, Senin, (25/3/2019).

    Karena itu, kata Ace, pemilu baik legislatif maupun presiden harus dimanfaatkan sebaik-baiknya sebagai ajang menawarkan gagasan dan program yang konkrit dengan cara yang beradab ke masyarakat.

    “Seperti kami tim 01 Jokowi-Ma’aruf yang menyampaikan visi-misi menitikberatkan pada aspek Sumber Daya Manusia (SDM). Kami menekankan SDM itu kepada masyarakat setelah pada periode sebelumnya fokus pada infrastruktur,” tandas Ace.

    Ace membeberkan bahwa konsep dan visi-misi yang ditawarkan oleh paslon 01 Jokowi- Ma’aruf itu diharapkan ‘ditandingi’ dengan konsep yang menarik dari paslon 02 Prabowo-Sandiaga. Maka masyarakat tentu melihat pilihan untuk menentukan pemimpin terbaik pada periode 2019-2024.

    Menurut dia, Jika pendekatan yang diakukan oleh Paslon 01 dan 02 seperti itu, maka tidak akanada potensi perpecahan, karena semangat dari demokrasi sesungguhnya adalah upaya kita untuk mencari pemimpin terbaik baik legislatif maupun eksekutif agar mereka betul-betul dipercaya oleh masyarakat.

    “Oleh karena itu maka harapan kami, pemilu serentak harus dijadikan sebagai momentum terbaik guna untuk membangun Indonesia menjadi negara maju,” pungkas Ace Hasan Syadzily.

    Sementara itu, Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid juga berharap pemilu tahun 2019 ini semua pihak harus berorientasi untuk menghadirkan ‘Fastabiqul Khoirot’

    Hidayat bilang, pemilu damai maka harus terkait dengan keterlibatan aparat penegak hukum juga berlaku adil di lapangan.

    “Kita kan mau damai damai saja, tapi kalau aparat mempunyai sikap yang tidak menghadirkan kedamaian, misalnya berlaku tidak adil pada salah satu kontestan yang selalu dihalangi,” ungkap Hidayat.

    Hidayat berujar, kedamaian bukan suatu hal yang abstrak, karena kedamaian dalam pemilu menganut asas ‘Luber dan Jurdil’ langsung umum bebas rahasia, jujur dan adil, dengan begitu maka hasilnya pun damai, karena tak ada yang merasa dianaktirikan dan dipinggirkan.

    “Kalau semua pihak jujur, saya kira kontestasi pemilu lima tahunan ini akan mendewasakan demokrasi kita. dengan cara itu juga demokrasi kita akan selamat, tidak berubah menjadi Demo Crazy,” beber Hidayat Nur Wahid.

    (dis/beritasampit.co.id)