PALANGKA RAYA – Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) mengalami deflasi pada bulan September 2019 sebesar 0,07 persen yang diikuti oleh laju inflasi tahun kalender (0,90 persen) dan inflasi tahun ke tahun (2,27 persen) cukup rendah.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalteng, Yomin Tofri dalam press release yang dilaksanakan di ruang pertemuan kantor setempat pada Selasa (1/10/2019).
“Dari 82 kota pantauan Indeks Harga Konsumen (IHK) nasional, 12 Kota mengalami inflasi dan 70 Kota mengalami deflasi. lnflasi tertinggi terjadi di Meulaboh (0,91 persen) dan deflasi tertinggi terjadi di Sibolga (1,94 persen)” ucap Yomin.
Sementara itu kota yang menjadi acuan untuk di Kalimantan Tengah yang mengalami inflasi seperti di Palangka Raya sebesar 0,05 persen dan untuk kota Sampit yang mengalami deflasi sebesar 0,26 persen, kedua kota tersebut menempati peringkat ke- 10 dan ke- 41 deflasi tertinggi ditingkat nasional.
Adapun inflasi di Palangka Raya terutama dipengaruhi oleh naiknya indeks harga pada kelompok sandang (1,28 persen) serta pendidikan, rekreasi dan olah raga (0,56 persen).
Sementara itu deflasi di Sampit terutama dipengaruhi oleh turunnya indeks harga pada kelompok bahan makanan (1,37 persen) serta transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (0,18 persen).
Komponen harga harga bergejolak (Volatile Foods) mendorong terjadinya deflasi di Sampit, sedangkan komponen inti (core inflation) menjadi pendorong terjadinya inflasi di Palangka Raya.
(apr/beritasampit.co.id)