Kapan Persepakbolaan di Negeri Ini Tak Dicampuri Keringat Orang Asing

    Opini : Maman Wiharja

    Dibalik sorak soraya dan tepukan ribuan penonton, yang terkadang diwarnai ‘tawuran’ bahkan anarkis merusak stadion, dalam duni Persepak Bolaan, di Negri ini. Ternyata, pengamatan penulis banyak penonton yang ‘dikibulin’ alias di ‘bodohi’ oleh para penyeleggaran persepakbolaan.

    Kenapa penulis mengatakan, ‘dikibulin’ alias ‘dibodohin’, Lantaran, disemua anggota kesebelasan Sepak Bola tingkat ‘Provinsi” para pemainnya masih menggunakan sejumlah ‘orang asing’. Jadi kata anak sekolah dasar (SD), “ Pah, kapan ya persepakbolaan di negeri ini, tidak dicampuri keringat orang asing,” tanya anak saya.

    Wah, anak SD saja sudah tahu, kalau kesebelasan Indonesia, sebut saja Tim Nasional, tapi orangnya ‘belang-belang’ alias ada orang asingnya. Apa lagi, disetiap kesebalasan yang dimiliki Provinsi, bukan rahasiah umum lagi.

    Kini, masing-masing kesebelasan tingkat provinsi nampaknya sedang berlomba mengorbit, sejumlah pemain sepak bola orang asing, yang harganya cukup mahal.

    Kalau penulis jadi ‘Jokowi’ Presiden, jujur saja akan himbau semua pemain sepak bola dari warga asing, tidak diperkenankan masuk menjadi anggota kesebalasan Sepak Bola di Indonesia, apa lagi kesebelasan Tim Nasional.

    Kalau jadi penonton boleh lah,tapi juga jangan membuat ‘gaduh’. Kenapa warga asing tidak boleh ? pengamatan penulis karena akan, eh maaf ‘sudah’ terjadi pemborosan uang Negara. Darimana lagi kalau kesebelasan tingkat provinsi, menyewa pemain sepak bola orang asing, kalau duitnya bukan dari APBD Provinsi.

    Bayangkan kalau seorang pemain orang asing,satu bulan sedikitnya dibayar Rp 50 juta, kemudian kalau 5 orang berikut pelatihnya, jumlah sudah Rp 250 juta/bulan. Belum, peruma haannya dan kesehatannya.

    Kalau 5 orang warga asing dikali jumlah Provinsi, sudah berapa milliar perbulan, berapa ratus milliar pertahun, uang negara dihamburkan untuk membeli orang asing.

    Dan hebatnya lagi orang asing pemain sepak bola yang disewa,banyak yan kawin dengan wanita Indonesia, dengan cara ‘kawin kontrak’. Sehingga, diprediksi 15 tahun kedepan para artis Sinetron dan Film, bakal didominasi wajah-wajah ‘blasteran’. Sekarang saja wajah-wajah ‘blasteran’ (indo) sudah memadati deretan judul-judul ceritera sinetron.

    Pak Jokowi Presiden milik Bangsa Indonesia, saat pidato di malam pesta HUT Partai Nasdem. Berpidato, bangsa Indonesia ini adalah bangsa yang Besar se dunia.

    Namun sayangnya, pengamatan penulis, bangsa yang besar ini, didalam dunia persepak bolaan, masing saja melibatkan orang-orang asing, yang dibayar mahal dan di elu-elukan penonton, kalau mereka memasukan gol kegawang musuh.

    Ironis, seperti halnya melihat pemandangan pertandingan Sepak Bola, Persib Bandung melawan Gresik, Minggu sore (26/11), yang ditayangkan TvOne, kedua kesebelasan bagian depan, semua mengandalkan masing-masing 2 orang-orang asing.

    Dan kedua orang asing dari Persib,yang memasukan Gol ke gawang Gresik, selalu di elu-elukan oleh para penonton yang ‘terhipnotis’ bahwa kedua pemain Persib Bandung itu bukan asli warga Cicadas dan Cimahi Jawa Barat, melainkan orang asing.

    Ketika pemain orang asing dari Persib Bandung, atau dari kesebelasan lawannya Gresik, berhasil memasuakn Gol kegawang lawan, kemudian di elu-elukan dengan sorak sorai para penonton pengamatan penulis ‘tidak hebat’ dan tidak ‘luar biasa’.

    Justru kalau dua kesebelasan Indonesia, ngadu ‘nyali’ dengan keringat sediri,tanpa dicampuri pemain asing. Nah, itu baru ‘hebat’ dan ‘luar biasa’ enak ditontonya, karena menang kalau adalah keringat sendiri.

    Memang benar sekali Bangsa Indonesia, adalah Bangsa yang Besar di dunia, terdiri dari berbagai suku, yang kuat menyatu pada Bingkai Bhineka Tunggal Ika. Sehingga saat olahraga Sepak Bola, mulai masuk ke Indonesia ditahun 1950 an, Kesebelasan dari Indonesia, dimata dunia sudah dijuluki “Macan Asia”.

    Sekarang malah jadi “Macan Tutul”.
    Pengamatan penulis, apakah para pengelola persepak bolaan di Indonesia, punya hati nurani, untuk membina para calon atlit sepak bola, yang merekrut dari semua provinsi di Indonesia, yang khusus sejak dini,katakanlah mulai tingkat Sekolah SMP, terus di bina, sampai dewasa menjadi arlit sepak bola andalan.

    Tapi dibinanya harus benar-benar serius, jangan sampai baru latihan satu bulan di asrama, makan saja dengan ‘semur jengkol, SEMOGA.

    “Maman Wiharja Wartawan Senior, Tinggal di Kota Pangkalan Bun”