Vokasi UI Seminarkan Rencana Palangka Raya Jadi Ibu Kota Indonesia

    JAKARTA – Pemerintah Kota Palangka Raya bekerjasama dengan Program Pendidikan Vokasi Univerisitas Indonesia, Universitas Palangka Raya dan Univeristas Muhammadiyah Palangka Raya gelar Seminar Nasional.

    Seminar tersebut mengangkat tema “Optimalisasi Penataan Ruang Kota Palangka Raya” (Palangka Raya Kota Harati, Menyambut Wacana Pemindahan Ibukota) dilaksanakan di Hotel Pullman Jakarta, 18 September 2018.

    Pemateri dalam rangkaian Seminar tersebut yakni, HM Riban Satia (Walikota Palangka Raya), Airin Rachmi Diani (Walikota Tangerang Selatan), Yayat Supriatna (Pakar Perkotaan), Antony Sihombing (Ahli Perancangan Perkotaan, Universitas Indonesia).

    Seminar Nasional ini bertujuan untuk memperkaya ruang kajian dalam mewujudkan Kota Palangka Raya yang ideal dimasa akan datang. Sekaligus dapat menjadi solusi terbaik bagi pengembangan kawasan perkotaan karena dapat memenuhi kebutuhan kota masa kini tanpa mengurangi kemampuan untuk memenuhi kebutuhan generasi mendatang.

    “Pemindahan kota harus mampu mengelola penataan kota. Sebuah kota harus mempunyai nilai estetika dan suasana yang baik agar kota tersebut nyaman. Sehingga penataan kota harus optimal. Kota Palangka Raya mempunyai cita-cita luhur Bung Karno yaitu 3M yaitu Modal, Model dan Modern.” ujar Riban Satia.

    Pada kesempatan ini, Airin Rachmi Diany, Walikota Tangerang Selatan menekankan bahwa Perencanaan adalah kunci utama dan komitmen harus dilakukan dalam menjalankan tata kota seusai perencanaan.

    Ia juga mengatakan bahwa pemerintah kota juga harus membangun kolaborasi para pihak untuk mewujudkannya.

    Dalam paparannya, Yayat Supriatna, MSP, Pakar Perkotaan mengatakan bahwa Sistem Layanan Perkotaan Berubah secara mendasar. Efisiensi Ruang, Tenaga Kerja dan Biaya Transportasi akan semakin berkurang. Konsep Smart City sangat penting untuk terus didukung.

    “Smart City adalah membangun keadaban kota. Smart City bukan sekedar konsep , tetapi sebagai simbol perubahan. Kegagalan memahami perubahan akan membuat kota gagal membangun struktur ruang yang terencana. Smart city adalah simbol efisiensi dan kecepatan pelayanan, ketika kota gagal membangun sistemnya, maka pemborosan dan kesemrawutan adalah “buah” yang kita nikmati karena “tidak siap untuk berubah. “Big Data menjadi kunci penting dalam pelayanan bagi Smart City”tambah Yayat dalam materi yang disampaikannya.

    Dikesempatan yang sama Antony Sihombing, Wakil Direktur Program Pendidikan Vokasi UI sekaligus Ahli Perancangan Perkotaan UI mengatakan bahwa Pemerintah Kota Palangka Raya bekerjasama dengan Universitas Indonesia dalam melakukan Kajian Optimalisasi Penataan Ruang Kota Palangka Raya.

    ”Palangkaraya ini merupakan kota zero gempa dan sudah dibuat perencanaannya untuk ibu kota. Kalimatan secara geografis sangat strategis dan palangkaraya berada ditengah Kalimantan. Harati City: cerdas, berbudi dan disiplin sangat tepat untuk smart city kota Palangka Raya” Antony menambahkan.

    Seminar ini juga menghadirkan pemakalah dari berbagai provinsi di Indonesia yang menyajikan hasil studi mereka terkait dengan pengembangan tata kota di provinsinya masing-masing. (din/beritasampit.co.id)