Tren Akselerasi Digital untuk Pemulihan Ekonomi

Warga melakukan pembayaran nontunai menggunakan QRIS di salah satu lapak pelaku usaha kuliner di Jalan Rungkut Lor Gang II, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (8/2/2022). Pemkot Surabaya meresmikan kampung yang memiliki 71 pelaku UMKM dengan hasil produksi berbagai macam jajanan tersebut sebagai Kampung Wisata Kue guna meningkatkan perekonomian warga. ANTARA FOTO/Didik Suhartono/nym. (ANTARA FOTO/Didik Suhartono)

Pelaku usaha, baik UMKM hingga perusahaan, perlu memperhatikan tren akselerasi digital agar bisa bertahan dan membangun kesuksesan di era pasca pandemi COVID-19.

Dalam webinar edukasi berjudul “Akselerasi Digital untuk Pemulihan Ekonomi Indonesia”, Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Dudi Dermawan Saputra memaparkan lima tren akselerasi digital yang perlu diperhatikan untuk tahun 2022, dikutip dari siaran pers Xendit, Rabu.

Perluasan jangkauan konsumen ke luar kota besar
Pandemi COVID-19 telah mengubah pola perilaku masyarakat dalam melakukan aktivitas ekonomi, baik di sisi konsumen maupun penjual. Sejauh ini, UMKM masih memegang peran penting dalam perekonomian Indonesia, dimana UMKM menyumbang 61 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

Tercatat, terjadi kenaikan jumlah konsumen digital hingga 21 juta selama pandemi. Menariknya, 72 persen dari konsumen baru ini berada di luar kota-kota besar. Oleh karena itu, penting bagi pelaku usaha masa kini untuk memperluas jangkauan ke daerah-daerah non-urban, terlebih karena Indonesia memiliki wilayah geografis yang luas dengan karakter konsumen yang beragam. Perluasan ini bisa dilakukan lebih mudah melalui kanal-kanal penjualan daring yang kini banyak tersedia.

Transformasi digital menjadi kunci untuk bertahan
Di tengah banyaknya tantangan yang disebabkan pandemi, transformasi digital menjadi kunci untuk bisa mempertahankan dan mengembangkan usaha lebih jauh. Menurut riset Google, Temasek & Bain Company tahun 2021, mayoritas pelaku UMKM telah melakukan transformasi digital, misalnya dengan menjalankan digital marketing (69 persen), sistem operasi digital (49 persen), pembuatan situs website (45 persen), penyimpanan cloud (44 persen), analisis digital (43 persen), dan penggunaan perangkat lunak kolaborasi (38 persen).

Selain itu, tercatat bahwa hampir semua (98 persen) merchant digital telah menerima pembayaran digital dari para pembeli. Ini berarti, untuk bisa semakin memajukan usahanya, para pelaku UMKM perlu untuk membekali usaha dengan pembayaran digital yang komprehensif, aman, dan praktis digunakan.

Peningkatan akselerasi pembayaran digital
Menurut data Bank Indonesia, transformasi digital perbankan, pembentukan ekosistem Ekonomi Keuangan Digital (EKD), dan pesatnya inovasi diperkirakan akan terus mendorong akselerasi pembayaran digital. Pada tahun 2022, penggunaan sistem perbankan digital (digital banking) diperkirakan meningkat menjadi Rp48,6 ribu triliun dari Rp40 ribu triliun pada tahun 2021. Sementara itu, penggunaan uang elektronik berpotensi naik hingga Rp337 triliun dari Rp289 triliun tahun lalu. Industri e-commerce juga diperkirakan mencatatkan peningkatan 7,5 persen, year-on-year, menjadi Rp530 triliun tahun ini.

QRIS adalah metode pembayaran unggulan bagi UMKM
Pada tahun 2022, kebijakan sistem pembayaran Bank Indonesia berupaya untuk mempercepat integrasi ekosistem ekonomi dan keuangan digital, terutama dengan metode pembayaran non-tunai. Salah satu cara utamanya adalah dengan meningkatkan adopsi QR untuk semua pelaku bisnis.

“QRIS menjadi metode pembayaran nirsentuh yang memberikan banyak keuntungan bagi UMKM, karena bisa digunakan di toko offlinee-commerce, dan jual-beli melalui media sosial. Selain itu, QRIS juga bisa dicetak di pos, lanyard, struk, mesin EDC, dan sebagainya. Diproses secara digital, pelaku usaha tidak perlu repot mencari kembalian, terhindar dari uang palsu, lebih higienis dan tanpa kontak fisik, dan dana pun bisa langsung masuk ke akun dengan semuanya tercatat secara rapi di sistem,” ungkap Dudi Darmawan.

Inovasi dan kolaborasi adalah sebuah keharusan untuk beradaptasi
Di era serba digital, pelaku UMKM harus memprioritaskan inovasi dan kolaborasi untuk bisa beradaptasi dengan baik di tengah situasi dinamis yang terus berubah.

Antara