DPRD Kobar: Harga TBS Semakin Turun, Petani Sawit Siap Gulung Tikar?

Ketua Komisi C DPRD Kobar Sutiana

PANGKALAN BUN – Ketua Komisi C DPRD Kotawaringin Barat (Kobar) Sutiana menaruh perhatian serius terhadapat nasib petani didaerah itu. Sebab saat ini harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit kian hari semakin turun drastis, disisi lain harga BBM sembilan bahan pokok (sembako), mengalami kenaikkan.

“Memang benar, nasib petani sawit kini di ujung tanduk, pasalnya kalau harga TBS sawit terus merosot ditambah saat ini harga BBM dan bahan pokok juga ikut naik. Jika kondisinya terus seperti saat ini, maka tidak lama para petani sawit siap gulung tikar, “ kata Sutiana, saat dihubungi melalui telephone genggamnya, Sabtu 16 Juli 2022.

Dengan kondisi demikan, Sutiana meminta pihak pemerintah daerah harus lebih peka memperhatikan nasib para petani sawit dengan melakukan berbagai upaya yang ada, meski persoalan ini terkait kebijakan pemerintah pusat. Mengingat sebagian besar di Kobar banyak masyarakat yang menggantungkan ekonominya dari kebun sawit.

Politisi Partai Golkar, yang juga pakar pertanian ini mengungkapkan, memang pemerintah daerah tidak bisa berbuat banyak soal turunnya harga sawit dan itu kebijakan berada di pemerintah pusat, namun Pemda tetap harus berbuat dan mendorong masalah tersebut agar kebijakan pemerintah pusat bisa dievaluasi.

“Saya sangat khawatir jika kondisi seperti ini terus, akan terjadi gejolak di masyarakat petani sawit. Pasalnya harga BBM dan bahan pokok sekarang melambung. Maka Pemerintah Daerah sendiri harus mendorong dan berbuat apapun, untuk mempengaruhi pemerintah pusat agar kebijakannya dievaluasi kembali,” ujar Sutiyana.

Lanjutnya, untuk saat ini gejolak di petani belum terlalu tampak. Akan tetapi, jika dua sampai tiga bulan kedepan masih keadaan ini tidak berubah, maka kondisinya sangat mengkhawatirkan.

“Kalau saat ini, petani sawit masih ada cadangan saldo atau simpanan dari hasil penjualan TBS saat harga tinggi kemarin. Tapi jika terus begini, nasib petani sawit diujung tanduk. Sebeb ketika BBM naik, malah jasa transportasi buah ke PKS naik, bapok naik, secara otomatis harga beli TBS terjun,” imbuhnya.

Semakin menurunnya harga TBS akan berdampak kemana-mana, termasuk penjual pupuk. Petani otomatis tidak mampu beli pupuk dengan harga TBS yang anjlok, akhirnya juga nasib penjual pupuk pun terancam bangkrut.

“Jadi akibat harga TBS sawit semakin menurun maka dampaknya akan luas, ditambah daya beli masyarakat turun karena merosotnya ekonomi. Seperti sekarang ini harga TBS sawit hanya Rp 700 per koligram, bahkan banyak dibawah harga tersebut. Maka persoalan ini harus banyak disuarakan agar mendapat perhatian dari pemerintah pusat,“ pungkas Sutiana. (man/beritasampit.co.id)