Pengerajin Anyaman Purun Daya Tarik Wisatawan Hadir

KASONGAN – Setiap daerah memiliki kekhasan dan keunikan masing-masing, salah satunya adalah kerajinan anyaman purun yang berada di daerah di Kalimantan Tengah Kabupaten Katingan.

Purun adalah tumbuhan sejenis rumput atau gulma, berbentuk seperti pandan yang banyak tumbuh di wilayah rawa gambut yang basah.

Tumbuhan ini biasanya tumbuh secara liar dengan fungsi menjaga ekosistem lahan gambut di sekitarnya, sehingga perannya sangat penting terhadap keseimbangan lingkungan.

Selain itu, purun juga memiliki potensi nilai ekonomi yang cukup tinggi. Bagi masyarakat di kawasan gambut, purun menjadi bahan baku utama pembuatan kerajinan anyaman.

Seperti diungkapkan Rahmah salah satu warga desa Tewang Kampung Kecamatan Mendawai Kabupaten Katingan.

Dia mengatakan hasil produk olahan dari purun yang dihasilkan sangat beragam, mulai dari tikar, hiasan dinding, tempat tisu, tas, dompet, sandal, kap lampu, vas bunga dan lain sebagainya.

Proses pembuatannya membutuhkan waktu yang cukup lama, karena setiap proses dilakukan secara manual oleh pengrajin: memanen, mengeringkan, menumbuk, mewarnai, hingga menganyam.

“Kalo untuk tikar purun waktu pembuatanya 3 sampai 7 hari tergantung panjang dan lebarnnya,” tambahnya.

Keterampilan yang dimiliki oleh para pengrajin purun ini diperoleh secara turun temurun. Keahlian ini diwarisi dari ibu dan nenek mereka. Sebagian pengrajin mengerjakan secara mandiri di rumah masing – masing, sebagian tergabung dalam kelompok – kelompok kecil yang teroganisir.

Pesan Kearifan

Sebenarnya, kerajinan purun bukan hanya soal nilai ekonomi yang tinggi. Tradisi turun-temurun dari leluhur adalah bagian dari proses memperkuat identitas masyarakat lokal.

Setiap produk anyaman yang dihasilkan mengandung pesan kearifan. Motif, warna, teknik anyaman, dan bentuk mewakili identitas tersendiri bagi masyarakat. Karena produk yang memiliki historis dan kemurnian berekspresi nilainya akan lebih tinggi dibandingkan produk industri.

Namun pesan terkuat yang ingin disampaikan adalah upaya untuk melindungi lahan gambut dan hutan yang kini semakin terdesak oleh industri kelapa sawit.

Pesan yang mendorong masyarakat untuk terus berkarya dengan tanaman purun yang telah disediakan alam untuk mereka. Kerajinan yang menggerakkan masyarakat untuk menjaga ekosistem lahan gambut, sekaligus memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat.

Akhirnya, purun yang menggerakkan roda ekonomi, purun yang menguatkan identitas diri. Dengan pengembangan wisata di desa Tewang Kampung diharapkan pengerajin purun bisa menjadi daya tarik wisatawan untuk lebih dekat dan mengenal budaya kita.

(Kawit)