Saling Lempar Batang Suli saat Peringatan Hari Jadi Kabupaten Kapuas, Ini Maknanya

KUALA KAPUAS – Bagi masyarakat Dayak Kapuas, Laluhan masih menjadi tradisi yang dilestarikan hingga kini.

Bahkan atraksi budaya sekaligus ritual tersebut selalu meramaikan acara puncak peringatan Hari Jadi Kota Kuala Kapuas (Ibu kota Kabupaten Kapuas) yang diperingati setiap tanggal 21 Maret.

Seperti pada acara Hari Jadi ke 217 Kota Kuala Kapuas yang digelar tiap Maret, Laluhan atau “Perang Air” digelar di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kapuas, tepatnya di depan Dermaga Danau Mare, Kota Kuala Kapuas.

Makna laluhan yang bertujuan untuk membuang kesialan dan penyakit. Pada pelaksanaannya, seolah terjadi perang tombak.

BACA JUGA:   Edy Pratowo Salurkan Beras Subsidi untuk Pasar Murah di Kabupaten Kapuas

Dimana tombak yang digunakan yakni dibuat dari batang tanaman lokal yakni batang suli atau batang bamban yang ujungnya ditumpulkan.

Ada yang berada di kapal dan menunggu di dermaga dengan bekal tombak batang suli masing-masing.

Saat kapal berjarak sekitar 30 meter dari dermaga, terjadi saling lempar batang suli antara yang berada di kapal dan rombongan yang berada di dermaga.

Upacara laluhan disaksikan ribuan warga Kota Kuala Kapuas yang sudah lama menunggu di Dermaga Danau Mare.

BACA JUGA:   Edy Pratowo Salurkan Beras Subsidi untuk Pasar Murah di Kabupaten Kapuas

Acara itu merupakan ritual adat Suku Dayak Ngaju Kuala Kapuas, yang menggambarkan betapa gigihnya mereka dalam mempertahankan wilayah dari gangguan musuh.

Upacara laluhan juga menyimbolkan kegigihan warga Kota Kuala Kapuas memerangi kemiskinan dan keterbelakangan, sehingga menjadi masyarakat yang maju dan sejahtera.

Tradisi perang Laluhan di Sungai Kapuas, Kabupaten Kapuas, Kalteng, yang digelar pada setiap peringatan Hari Jadi Kota Kualakapuas di bulan Maret.

(Hasan)