Raye Kubbor, Tradisi Unik di Desa Lumbang-Sambas saat Rayakan Nisfu Syaban

Kegiatan ziarah kubur bersama- sama di Desa Lumbang, Sambas (ANTARA/HO-Doyok)

PONTIANAK – Desa Lumbang, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat memiliki tradisi unik yaitu ziarah makam “Raye kubbor” bersamaan dengan merayakan nisfu Sya’ban atau tanggal 15 Syaban dalam kalender Hijriah.

“Tradisi ini telah dilakukan dari zaman dahulu serta memiliki filosofi yang baik bagi kami. Kegiatan ini serentak dilakukan oleh masyarakat Desa Lumbang,” ujar Abdi Kurnianto salah satu tokoh pemuda Desa Lumbang saat dihubungi di Sambas, Jumat 18 Maret 2022.

Ia menuturkan bahwa filosofi atau pesan moral dalam tradisi ini adalah untuk memberikan sedekah, mencari rezeki dimulai dari pagi hari serta mengingatkan kita dekat nya akhirat atau kematian dan mengingat dekatnya bulan suci Ramadhan.

“Dengan berziarah ke makam bersama-sama kita diingatkan tempat kembali kita nantinya adalah kuburan sebagai titik awal kehidupan akhirat kelak dan juga karena dilaksanakan pada tanggal 15 Syaban dua Minggu sebelum Ramadhan kita diingatkan bahwa bulan suci Ramadhan sebentar lagi,” ujarnya.

Raye kubbor biasanya dilakukan pada sekitar jam enam pagi sampai sekitar jam 10 pagi. “Yang ramai itu sekitar jam enam sampai delapan pagi,” katanya.

Salah satu keunikan lain dari tradisi ini adalah setiap rumah di Desa Lumbang menyediakan makanan yang nantinya akan diambil oleh anak-anak serta remaja pada pagi hari dimulai dari jam satu pagi sampai enam pagi.

“Saking semangatnya anak-anak turun ke rumah-rumah dari jam satu pagi dan itu juga ajang jalan santai bagi ibu-ibu dan remaja yang menemani anak-anak mereka,” kata Abdi.

Abdi menyebutkan bahwa makanan yang diberikan berupa kue, dan makanan ringan.

“Kalau zaman dahulu makanan yang dibagikan berupaya hasil alam yang ada di Desa Lumbang seperti buah-buahan dan kue tradisional lainnya,” ujarnya.

Ia berharap kedepannya tradisi ini menjadi event wisata budaya yang dapat menarik wisatawan berkunjung ke Desa Lumbang nantinya.

“Kita juga berharap agar tradisi ini nantinya bisa dicatat dalam buku sejarah dan dan ditelusuri asal usul sejarah tradisi ini,” kata Abdi.

Antara