Peternak di Kalsel Manfaatkan Limbah Sawit Jadi Pakan Ternak

Maulana (baju garis kotak kotak) bersama karyawan PT Kharisma Inti Usaha (KIU), foto bersama membelakangi gundukan solid dari pabrik pengolahan minyak sawit (ANTARA / HO-Maulana)

TAPIN – Peternak di sejumlah daerah di Kalimantan Selatan mulai memanfaatkan limbah kelapa sawit untuk difermentasi sebagai pakan ternak.

Petani asal Kabupaten Tapin Maulana Akbar (35) mengaku mulai manfaatkan limbah sawit untuk bahan pakan ternak kambing.

“Keuntungan pemanfaatan limbah dari pabrik pengolahan minyak mentah sawit (solid) untuk biaya pakan sangat hemat,” jelas Ketua Asosiasi Peternakan Kambing dan Domba se-Kalimantan Selatan itu, Selasa 22 Maret 2022.

Dibanding ampas tahu bahan pakan sebelumnya, petani muda itu bisa menghemat 30-40 persen biaya pakan untuk 51 ekor kambing jenis saanen, jawa rando dan domba.

“Dalam sehari, untuk populasi 50 ekor kambing, kami mengaplikasikan sekitar 20 kg solid dengan komposisi ; serat hijauan 60 kg dan konsentrat olahan 20 kg,” ujarnya.

Selain menghemat pakan, menurut Maulana, ada dampak positif lain, terutama untuk kesehatan ternak, misalnya ; tampilan lebih bugar, bulu mengkilat, hingga bobot bertambah.

“Dari sisi pertumbuhan daging, saya uji coba dalam 30 hari terakhir, ada kenaikan tiga sampai empat kg saat uji coba terhadap enam ekor kambing,” ujar dia.

Alasan berpindah ke solid sejak Februari lalu, karena biaya pakan menggunakan ampas tahu dinilai sudah tidak ekonomis ditambah sulit dicari di wilayah Kabupaten Tapin.

“Dulu ampas tahu cuma Rp25 ribu per 20 kg. Sekarang, Rp40 ribu per 20 kg dan itu pun sering kosong karena banyak yang berebut untuk pakan ternak. Bila menggunakan ampas tahu, sehari membutuhkan 20 kg untuk 25 ekor kambing,” ujarnya.

Setelah merasakan manfaat dari solid, dia berencana terus berinovasi membuat pakan ternak alternatif untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak.

“Apabila harga ampas tahu sudah turun dan mudah untuk didapatkan. Ke depan akan kita padukan dengan limbah sawit. Tidak hanya untuk ternak kambing, ikan pun juga bisa,” ujarnya.

Saat ini, dia juga mencoba untuk mengkombinasikan maggot dan solid, untuk pakan di sektor perikanan.

“Kita coba buat pakan yang tidak kalah dari pakan olahan pabrikasi,” ujarnya.

Sekarang, kandang Bagus Farm milik Maulana di Desa Pulau Pinang mendapatkan dukungan dari salah satu perusahaan sawit. Limbah hasil olahan minyak mentah dari pabrik PT Kharisma Inti Usaha (KIU) kini bisa didapatkan gratis dan berkelanjutan.

Di Tapin, kata dia, ada empat perusahaan sawit yang memiliki pabrik pengolahan minyak mentah, salah satunya berada di wilayah kandang kambing miliknya.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2018 mencatat ada 55.361 hektare luas kebun sawit di wilayah Tapin.

Melihat potensi ketersediaan bahan pakan murah itu, sebagai orang pertama yang memanfaatkan limbah sawit di Tapin, Maulana mengajak peternak lain untuk mengikuti jejaknya.

Caranya, yaitu bekerjasama dengan perusahaan sawit untuk memanfaatkan solid, bisa melalui kelompok tani, kelompok peternak maupun desa.

“Kalau di Lampung (Sumatera) solid itu sudah ada nilai jual. Tidak dibuang malah beli. Dengan banyaknya perusahaan sawit di Kalsel harus nya kita bisa untuk bekerjasama dan memanfaatkan potensi yang ada,” ungkapnya. (Antara/beritasampit.co.id).