KKP Kelas III Sampit Lakukan Finalisasi Menu Baru Aplikasi Sistem Informasi Karantina Kesehatan

NARDI/ BERITA SAMPIT- Kepala Kantor KKP Sampit Agus Syah Fiqhi saat memyampaikan sambutan dalam pertemuan Finalisasi Menu Baru Aplikasi Sinkarkes.

SAMPIT – Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) sebagai penjaga point of entry (pintu masuk) jalur laut ataupun udara terus berupaya untuk mencegah penyebaran penyakit lewat alat angkut seperti kapal dan pesawat.

“Jangan sampai alat angkut yang digunakan membawa faktor risiko, menjadi sumber penyebaran penyakit,” kata Kepala Kantor KKP Sampit Agus Syah Fiqhi Haerullah dalam pertemuan Finalisasi Menu Baru Aplikasi Sistem Informasi Karantina Kesehatan (Sinkarkes), Rabu 27 September 2023.

Ia menyampaikan seperti di Sampit pintu masuk lewat laut dan udara, sedangkan di daerah lain juga ada lewat jalur darat melintasi batas negara.

“Sekarang ini banyak penyakit disebarkan oleh binatang, sehingga perlu adanya jaminan steril dari alat angkut yang keluar masuk suatu wilayah, baik dari luar negeri maupun dalam negeri, jangan sampai juga mengakut risiko penyakit. Seperti salah satunya virus nipah yang belakangan muncul di wilayah sekitar India dan Nepal, ditularkan dari hewan ke manusia, yaitu mengkonsumi buah yang sudah dimakan kelelawar atau terkontaminasi liurnya. Buah-buahan dimakan hewan, terkontaminasi air liar dan kemudian dimakan manusia, sehingga menular,” ujarnya.

BACA JUGA:   Sidang Kematian Mahasiswi Kedokteran: Sebut Korban Bukan Seorang Peminum Hingga Kuasa Hukum Cerca Soal Postingan di Toko Miras

Sementara di Indonesia, lanjutnya, belum ada virus nipah, namun harus terus dijaga penyebarannya dari negara luar sehingga sanitasi alat angkut yang keluar masuk batas negara atau wilayah sangat penting.

“Kita juga harus waspada, jangan sampai makan buah yang sudah dimakan hewan karena berpotensi penyakit,” katanya.

Dikatakan, harus ada tindakan pencegahan risiko penyebaran penyakit diatas kapal, pesawat atau alat angkut lainnya, para kru maupun pemilik bisa memastikan kebersihannya. Apabila ada ditemukan faktor risiko, tidak bersih, harus ada tindakan penyehatan, menggunakan pihak ketiga yaitu badan usaha swasta (BUS) melakukan tindakan sanitasi.

BACA JUGA:   Sebelum Tenggelam, Kades Luwuk Bunter Sempat Berinteraksi dengan Korban

Ia menambahkan, dengan belum adanya BUS bidang sanitasi di Sampit, maka disitu dibuatkan metode yaitu melalui aplikasi Sistem Informasi Karantina Kesehatan (Sinkarkes) yang berguna untuk melihat daftar BUS yang punya izin untuk melakukan sanitasi.

“Sinkarkes selayaknya marketplace yang menampilkan badan usaha yang jasa sanitasi disekitar, untuk kemudian mudah menghubungi mereka, sehingga saat berlayar alat angkut sudah bebas risiko, karena sudah melakukan tindakan sanitasi dari pelabuhan asal, dan tidak membawa sumber penyakit ke area tujuannya” tuturnya. (Nardi)