Banyak yang Belum Tahu, Ini Makna Dodol dan Wajik Karangkendal

AHMAD JAJULI/BERITASAMPIT - Masyarakat Desa Karangkandal, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon melaksanakan acara adat tradisi yaitu Sedekah Bumi dan Ngunjung Buyut.

CIREBON – Setiap tahun tepatnya bulan Oktober masyarakat Desa Karangkandal, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon melaksanakan acara adat tradisi yaitu Sedekah Bumi dan Ngunjung Buyut.

Acara adat Eedekah Bumi merupakan wujud syukur kepada Maha Kuasa atas nikmat yang diberikan kepada masyarakat setempat dari hasil bumi yang melimpah ruah.

Acara ini dipimpin langsung oleh Kuwu atau Kepala Desa bersama perangkat desa dan masyarakat desa Karangkendal.

Acara adat ini dilaksanakan di Balai Desa atau kantor kuwu dengan ritual doa bersama, kemudian setelah acara tersebut masyarakat melaksanakan acara adat Ngunjung Buyut. Ziarah ke makam leluhur yaitu Syekh Magelung Sakti atau Pangeran Karangkendal atau yang disebut juga Syekh Syams, seorang Auliya dari daerah Syams sekarang ini Syria atau Syuria.

Acara ngunjung buyut ini dipimpin oleh tokoh agama dan tokoh adat serta dilaksanakan dilingkungan makam Syekh Magelung Sakti dan murid- muridnya, di mana tempat tersebut biasa disebut kramat pedukuhan.

BACA JUGA:   Prabowo-Gibran Resmi Menang Pilpres 2024

Dari acara tersebut ada sisi menarik dari aspek budaya, sajian kulinernya sebab mengandung makna yang mendalam dan penuh filosofis yaitu sajian kuliner Dodol dan Wajik Karangkendal.

Dodol dan Wajik disajikan pada acara Ngunjung Buyut memiliki empat jenis warna yang mengandung filsafat.

Dodol yang berwarna merah gula kelapa mengandung arti lambang hawa nafsu, amarah pada diri manusia.

Dodol yang berwarna kuning mengandung arti nafsu Sawiyah, dodol yang berwarna hitam mengandung arti nafsu basyariah dan dodol berwarna putih mengandung arti lambang nafsi Mut’mainah.

Sementara terdapat Wajik berwarna merah kelapa dibungkus dengan kertas minyak, mengandung makna bahwa manusia harus dapat mengekang hawa nafsu amarah agar mendapat ķeselamatan dan kebahagiaan dalam.l mengarungi kehidupannya, Hal inidilambangkan dengan sajian pisang berkulit hijau.

Sajian dodol dan wajik oleh masyarakat yang dianggap mampu, sementara untuk.l masyarakat yang lainnya membuat tumpeng.

BACA JUGA:   Mukhtarudin Dorong Percepatan Pengembangan Kendaraan Listrik di Tanah Air

Setelah berdoa bersama sajian tersebut dimakan bersama dan dibagikan kepada masyarakat yangmenghadiri acara tersebut sebagai wujud rasa bersyukur kepada Maha Pencipta atas nikmat yangmereka peroleh.

Menur Soleh mantan Ketua BPD Karangkendal, mengatakan pada kedua acara tersebut masyarakat Desa Karangkendal secara gotong royong menyumbangkan dana.

“Apa yang dikenal dengan nama Tangkong kering dan Tangkong basah. Tangkong kering adalah sumbangan dana untuk pemilik tanah yang besar, sumbangannya disesuaikan dengan luas tanah pertaniannya. Sedangkan Tangkong basah yaitu sumbangan dana yang ditetapkan setiap kepala keluarga yang disesuaikan aset kekayaannya,” katanya, Minggu 15 Oktober 2023.

Sementara sumbangan dana untuk acara tersebut pemungutnya dilaksanakan oleh RT/RW desa Karangkendal. Di mana sumbangan gotong royong itu sudah berjalan puluhan tahun bahkan sudah ratusan tahun berjalan dan sudah menjadi hukum dat setempat begitupun acara adat tradisinya.

(ahmad jajuli)