​Dibahas, Didiskusikan, Dirapatkan, Arus Mudik Tetap Saja Lorong Kapal Berserakan

    OLEH : Maman Wiharja***

    SEPERTI, ditahun-ahun sebelumnya, baik zaman Bupati Abdulrazak dan Bupati Ujang Iskandar, serta Bupati Bambang Purwanto, yang setiap bulan puasa jelang Hari Raya Idul Fitri. Bupati bersama seluruh dinas terkait perhubungan, laut, darat dan udara, selalu menggelar rapat, seputar penertiban kelancara arus mudik lebaran.

    Namun pengamatan penulis,walaupun dibahas, didiskusikan, dirapatkan, penumpang arus mudik lebaran tetap saja, berserakan dan berdesak-desakan, dolorong-lorong kapal. Karena, masalahnya adalah “tradisi”.

    Tapi jangan salah, istilah “tradisi” jelang arus mudik lebaran, pengamatan penulis dibagi menjadi beberapa katagori. Tradisi pertama, bagi puluhan ribu penumpang, yang setiap mudik lebaran, memanfaatkan jasa angkutan kapal, hingga berdesakan, seperti ‘ikan pindang’ dilorong-lorong kapal. Mereka mengatakan Itu merupakan tradisi.

    “Berdesak-desakan diatas kapal ini,bagi saya sudah tradisi Pak, karena setiap tahun selama saya di Kalimantan,sejak muda hingga tua ini,kalau pulang kampung lebaran, ya begini. Berdesak-desakan di atas kapal,” keluh Mintarjo, warga Malang, saat saya mencoba mewawancarainya diatas KM. Darma Kencana, saat mudik lebaran tahun lalu.

    Tradisi yang kedua, ketiganya, dan keempat, semuanya sama, tapi berbeda dengan tradisi pertama. Karena tradisi kedua, ketiga dan keempat, semuanya berbau ‘kesempatan’,yang dimanfaatkan oleh sejumlah oknum tertentu.

    Jadi, bagi sejumlah oknum tertentu yang memanfaatkan membludaknya arus mudik lebaran, disaat jelang Hari Raya Idul Fitri, disebutnya sudah ‘tradisi’. “Kapan lagi membludaknya,arus penumpang. Kalau bukan sekarang jelang lebaran, jadi sekarang ini mereka banyak memanfaatkannya,” aku Karyadi, salah seorang ASN yang mudik lebaran.

    Pengamatan penulis, mereka memanfaatkan puluhan ribu arus mudik lebaran, hanya untuk mencari uang dengan keuntungan lebih, dan itu sudah tradisi, disaat jelang mudik dan balik lebaran.

    Lihat, mulai dari pedagang asong,harga minuman,makanan, jadi naik. Apa lagi harga tiket kapal, kelas Ekonomi saja bisa naik 100 persen. Belum, termasuk oknum tertentu, bahkan pengusaha ekspedisi kapal sendiri, ikut tradisi, diam-diam menerima pesanan ratusan bahkan ribuan tiket kapal dari calo.

    Bukan itu saja, termasuk ABK kapal karena sudah tradisi, dimusim arus mudik lebaran membludak penumpang. Para ABK-pun, karena demi uang kamarnya banyak disewakan kepada para penumpang.

    Dan uniknya lagi,tradisi ‘menyedihkan’ bagi puluhan ribu penumpang kapal,juga dimanfaatkan untuk tugas kunjungan kerja baik oleh Dirjen, Sekjen dan Menteri Perhubungan,untuk meninjau kelapangan.

    Pengamatan penulis, saat ada kunjungan kerja Menteri Perhubungan ke Pelabuhan Panglima Utar,sebalumnya semua penumpang oleh petugas segera disuruh naik kapal, setelah penumpang bersih, kemudian datanglah Mentri keruangan terminal,sementara kapal yang penuh dengan penumpang tidak ditengok.

    Sayang hanya sekedar melongok dan menerima laporan. Padahal, Kalau Mentri langsung naik keatas kapal, maka akan melihat para penumpang berserakan dilorong-lorong kapal.

    Apabila, ada nasib naas,misal saat KM.Senopati Nusantara, pada 29 Desember 2006, sekitar Pukul 20.00 WIB meninggalkan pelabuhan Panglima Utar Kumai, kemudian 30 Desember 2006 tenggelam, sekitar Pukul 03.00 WIB,tenggelam dengan jarak 24 mil laut dari Pulau Mandalika, perairan Kepulauan Karimun Jaya, Jepara Jawa Tengah, yang banyak menelan korban manusia, dan ujung-ujungnya, banyak pihak tertentu yang ‘cuci tangan’,bahkan saling menyalahkan.

    Dan yang lebih unik jaman sekarang ini,yang namanya calo-calo tiket kapal,tidak lagi bau keringat pesing,atau bernapas bau jengkol.Melainkan,calo-calo sekarang sudah wangi dengan varfum mahal,bahkan dibajunya memilki ‘tanda’ jati dirinya ?

    Nah sekarang Senin 5 Juni 2017, menurut Petrus Rinda Kadis Perhubungan, Pemkab Kobar akan menggelar rapat dengan Bupati dan seluruh pihak terkait untuk kordinasi, membahas penertiban arus penumpang mudik lebaran,baik melalui jalur darat, laut dan udara.

    Yang menjadi pertanyaan, bisakah nanti arus penumpang mudik lebaran, tidak lagi berserakan dilorong-lorong kapal dan harga tiket juga tidak mahal. Semoga semua itu rerwujud amin.

    (Penulis adalah wartawan senior Pangkalan Bun)