PALANGKA RAYA – Dalam memperingati hari tani nasional, gabungan Organisasi Mahasiswa yang mengatasnamakan Forum Suara Rakyat Kalteng, menggelar Pentas Seni Budaya di Bundaran Besar Palangka Raya, Sabtu, (23/9/2017) malam.
Salah satu peserta pentas, Janang Firman P. Mengatakan peringatan Hari Tani Nasional ini mencerminkan harapan yang amat besar, dengan menampilkan karungut, puisi, musikalisasi, teater, sajak dan juga pantun yang tentu berkaitan dengan hari tani.
“Undang-Undang Pokok Agraria menjadi harapan besar untuk redistribusi tanah, air dan benih, bagi rakyat tani Indonesia,” katanya.
Sementara Subhan, salah satu Mahasiswa Kehutanan Ubiversitas Palangka Raya mengatakan bahwa pada hakikatnya semangat pertanian berbasis kerakyatan adalah untuk mewujudkan keadilan sosial dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.
Akan tetapi lanjutnya, apakah kita semua sudah berdaulat penuh atas ketahanan pangan nasional ? Sudahkah negara memaksimalkan potensi sumber daya yang ada untuk kesejahterahan rakyat ? Hal ini yang wajib kita pikirkan secara bersama.
Disisi lain mahasiswa Fakultas Teknik UPR, Dian Saputra juga menengaskan, bahwa hampir tiga tahun masa kepemimpinannya, Nawacita Presiden Jokowi terkait mandiri dan berdaulat atas pangan tak kunjung terlaksana, hari ini begitu ironis, Negara Agraris yang besar namun realitanya begitu miris.
Dimana hari ini, negara kita Indonesia yang katanya Negara yang kaya dan terkenal dengan keagrarisannya masih mengimport garam dan gula dari negara lain. Jangan sampai kata-kata pepatah ini terjadi, tikus mati dilumbung padi.
Ditambahkan Dian, diberbagai provinsi, nyatanya keperluan pangan sendiri masih tak tercukupi dari hasil pertaniannya, terutama di Kalimantan Tengah, dimana lahan-lahan pertanian beralih fungsi menjadi lahan perkebunan kelapa sawit yang dikuasi oleh korporasi. Tentunya dengan semangat bersama dian berharap Kaltengbdapat maju lagi. (dsz/beritasampit.co.id)
Editor: DODY
