​GEMPAR…Minta Keadilan Presiden RI, Isteri Oknum Polisi Katingan Ini Curhat KDRT di Facebook 

    KASONGAN – Pengguna Facebook bernama Arsy Paramita memposting status di dinding akun pribadinya bercerita meminta keadilan bagi dirinya dan ibu kandungnya.

    Setelah mendapatkan informasi tersebut wartawan beritasampit melakukan pengumpulan informasi mengenai kebenaran berita tersebut.

    “Iya memang benar saya menulis dan saya dapat mempertanggung jawabkannya” ungkap orang yang tidak mau disebut namanya.

    Dalam akun pribadinya Arsy Paramita menandai postinganya kebeberapa petinggi negara seperti Presiden Joko Widodo Tito Karnavian Mabes Polri, Sugianto Sabran Gubernur Kalteng, Humas Polda Kalteng dan beberaa media cetak dan elektronik.

    Begini isi curhatan Arsy Paramita dalam akun facebooknya yang diterima wartawan beritasampit. Sebenarnya saya sangat malu sekali menceritakan aib saya ini.

    Saya bukan mencari ketenaran ataupun sensani untuk menjatuhkan pihak-pihak lain tetapi saya cuman menginginkan KEADILAN. Saya binggung kemana lagi saya harus mengadu dan berkeluh kesah sampai akhirnya saya beranikan diri menceritakan ini.

    Saya sangat malu tapi saya harus melakukanya. TOLONG DIBACA SAYA TIDAK INGIN KEJADIAN SAYA DIALAMI WANITA MANAPUN.

    Saya ingin menceritakan tentang perjalanan hidup saya. Sebelumnya saya tunangan hampir 1 tahun lebih dan memutuskan untuk menikah pada bulan july 2011 dgn seorang polisi yang bertugas di Polres Katingan kami belum dikaruniai anak.

    Memasuki tahun 2016 mulai mengguncang rumah tangga saya, tidak lain adalah kehadiran WIL, suami saya yang tidak pernah ringan tangan dan ngomong kasar itu sekarang menjadi kebiasaannya.

    Sering saya mendengar dari orang-orang dan tetangga tapi saya tidak pernah mengubris mereka saya lebih percaya dengan suami saya.

    Saya melihat dengan mata kepala saya hal yg tidak wajar antara dia dan WIL itu tapi saya tidak langsung menemui mereka cuman menginggatkan kepada suami untuk jaga jarak meminta jangan sampai keluarga besar saya tahu?.

    Karena bapak saya sakit beliau rutin cuci darah seminggu 2x dan ibu saya hypertensi. Saya memohon kepadanya untuk menyudahi itu semua.

    Dia berjanji, Ternyata janjinya bohong dia tetap mengulangi?
    Ketika dia marah dia memukul saya, mengampar muka saya, menendang saya melempar saya pakai remote dan apapun yang dia pegang saat itu pasti dia lempar kesaya, dan mendorong saya dipintu.

    Saya cuman bisa menanggis meratapi dan berpasrah ke Allah Taalla selalu meminta petunjuk kepadaNya. Hal ini sering terjadi, berulang-ulang saya mendapatkan penyiksaan dan berulang-ulang pula dia minta maaf karena khilaf melakukan itu. Dan berjanji tidak mengulangi.

    Pada tgl 9 September 2016 adik dan ibu saya tidak sengaja memergoki mereka dikantor pelayanan dan melakukan hal yang tidak senonoh. Ibu saya shock berat ditambah dengan kata-kata suami.

    “Nah ulun ketahuan ma, ini am ulun ma, ulun selingkuh karena merasa tidak cocok dengan anak pian, tolong ma jangan keluar ma ulun supan banyak yang tahu. (saya sudah ketahuan, inilah saya yang sebenarnya, saya selingkuh tidak cocok dengan anak mama, tolong ma jangan keluar saya malu banyak yang tahu). Sambil sujud dikaki ibu saya suami saya meminta maaf dan perempuan itu juga meminta maaf.

    Saya langsung ditelpon ibu saya memberitahu tentang kejadian ini, hati istri siapa yang tidak terbakar yang tidak shock. Secara saya tidak bisa berkata apa-apa lagi. Kebetulan saya di sampit, saya lansung bergegas untuk cepat sampai disana.

    Perasaan saya hancur, sakit, rasa tidak bernyawa lagi ternyata doa yang saya panjatkan dengan allah untuk merubah suami saya malah allah tampakkan dengan keburukannya yang selama ini dia tutup-tutupi.

    Bisa kalian merasa perasaan saya saya tak henti-hentinya menanggis. Istri mana yang bisa tahan diperlakukan seperti ini?
    Saya rasanya ingin mati tapi allah menguatkan saya, saya menelpon suami saya dan menanyakan itu semua? Dan saya rekam semua pengakuan dia.

    Allah berpihak pada saya. Allah sayang, menjaga dan mnyertai saya diperjalanan. Sesampai dipolres saya langsung datang kekantor SPKT dimana tempat suami bekerja saya ceritakan tetapi saya disarankan untuk melaporkan diprovos.

    Saya melihat suami saya diprovos diperiksa saya tunggu dan ingin menanyakan hal kejadian sebenarnya. Anggota meminta saya untuk datang Senin kembali karena atasannya sedang diluar kota. Saya pulang menyusul suami saya. Sesampai dirumah saya tidak bisa berkata apa-apa menyakitkan rasanya orang yang kita sayangi dan cintai mengkhianati kita.

    Tidak hentinya saya menanggis karena inilah yang mampu saya lakukan. Pada jam 20.00WIB saya kedatangan tamu tidak lain adalah Kasat suami saya. Entah berita suami saya dikantor menjadi heboh atau apa saya tidak tahu, beliau memberikan nasehat dan tetap mempertahankan rumah tangga karena rumah tanggamu sudah 5 tahun lebih.

    Ketika beliau ingin berpamitan beliau berkata apakah ada pesan untuk saya de? “Saya ingin dipertemukan dengan Wanita itu pak, saya, ibu dan suami saya dan meminta ingin salah satu dari mereka dipindah biar tidak saling berhubungan lagi” katanya.

    APAKAH SALAH JIKA SAYA INGIN MEMPERTAHANKAN RUMAH TANGGA SAYA MEMINTA SEPERTI ITU??

    Bapak Kasat suami saya itu kemudian menolak. Katanya tidak perlu ibu saya ikut. Saya bingung hati masih bertanya-tanya kenapa ibu tidak dihadirkan kan ibu saya melihat kejadian itu.

    Bisa kalian bayangkan ketika atasan suami saya pulang saya dan suami seperti apa? Saya rasanya ingin bunuh diri dan kabur dari rumah ketika dia mengatakan kejujurannya bersumpah diatas AL’QURAN.

    Kata yang pertama diucapakan sayang jangan marah? Janji jangan tinggalkan ayah, janji dulu. Dengan mengangguk kecil mengiyakan. “Ayah sayang bunda, kada bisa kehilangan bunda, maaf sudah kasar dan memukul sayang karena ayah khilaf takut ketahuan. Ayah sudah lama dengan WIL itu sejak kecurigaan sayang yang pertama sayang tanyakan keayah, ayah sudah ciuman, pelukan sampai berzinah”.

    Refleks saya mengingat celana dalam suami saya banyak bekas sperma ternyata benar kecurigaan ulun sayang pian sudah kayatu dengan inya dimana orang pian melakukan ‘DIKANTOR’.

    ALLAHUAKBAR ini kata-kata saya yang teucap. Hati isteri siapa yang tidak sakit seperti ini?
    Hati istri siapa yang tahan?
    Seakan saya merasa tidak harganya lagi dimata dia?.

    Saya beberapa kali jatuh pingsan, tidak kuat lagi sampai akhirnya saya keluar dari rumah tapi dicegat suami saya dia memeluk erat saya.

    Katanya Sayang tadi janji sudah kada akan meninggalkan ayah, mun sayang meninggalkan ayah, ayah bunuh diri sayang kada melihat ayah lagi.
    Saya masih sayang dan mencintainya tapi hati saya hancur dan saya juga takut kehilangan suami saya.

    Dia melakukan hal dengan berbagai cara untuk bisa meyakinkan saya kalau dia benar-benar berubah salah satunya dia bersumpah di Al’quran. Dan membuat surat perjanjian/pernyataan yang isi suratnya :

    1. Siap diberhentikan secara tidak terhormat / di pecat.
    2. Tidak akan berselingkuh dengan perempuan manapun.
    3. Akan bersikap baik tidak kasar lagi.
    4. Siap keluar rumah hanya membawa baju.
    5. Jika tidak diberhentikan siap mengundurkan diri.
    Ttd nama suami saya dengan meterai Rp 6000 ribu.

    Tanggal 11 September 2016 saya memberanikan diri saya datang dengan keluarga dimana tempat suami saya bekerja agar diselesaikan secara baik-baik dan menyampaikan kepada pimpinan meminta dipertemukan dengan wanita itu untuk menyelesaikan permasalah ini dan memberikan surat perjanjian antara saya dan suami saya diketahui semua pimpinan.

    Tetapi bapak meminta waktu untuk koordinasi dengan pimpinan tertinggi. Tanggal 13 oktober 2016, sekitar jam 04.00wib pertengkaran hebat terjadi lagi kami cekcok mulut dan suami mengancam ingin membunuh saya.

    Kemudian saya ketakutan karena tidak biasanya suami saya seperti ini saya menelpon ibu saya meminta beliau menemani saya keSPKT polres, saya melaporkan kalau saya ingin dibunuh tapi polisi menyarankan ke Provos.

    Suami saya mau membunuh saya dengan gunting dan menusuk diperut saya. Lagi-lagi peran allah hadir dalam bentuk ibu saya suami saya ketakutan karena mendengar suara ibu saya, kemudian karena peganggannya lemah saya rebut guntingnya dan langsung saya buang untuk menyelamatkan nyawa saya. Tangan saya terluka, perut saya tergores.

    Saya dijemput keluarga untuk pulang kerumah orangtua saya.
    Tgl 14 oktober 2016 jam 03.00wib subuh saya balik kerumah ditemani ibu saya karena saya memiliki firasat dia berhubungan dengan WIlL itu saya pun mencek dan benar suami saya telponan dengan durasi lama dan diatas jam 23.00 WiB.

    Saya meminta meminjam hpnya tetapi tidak diberi dan bersih keras tidak memberikan kesaya karena saya rasa merasa aneh apa salah istri meminjam hp suami jika itu tidak ada apa-apa kenapa mesti takut memberikan, saya rebut hp suami saya, dia sekap saya, saya dibanting memukul dibelakang saya refleks seorang ibu pasti ingin menolong anaknya ?.

    Ternyata ibu saya disikut kena pelipis sebelah mata kemudian beliau didorong dan akhirnya ibu saya ikut dibanting juga.
    Sakit ya allah benar-benar sakit siapa yang tahan ibu saya dianiaya?

    Padahal suami saya tahu sendiri kalau ibu saya menyanginya melebihi anaknya sendiri.
    Jam 07.00wib saya keprovos saya meminta pertanggung jawaban dari mereka juga jika kemarin diselesaikan tidak mungkin suami saya semena-mena seperti ini?

    Orangtua mana yang ingin rumah tangganya hancur? Saya dibilang terlalu cemburu, ibu saya salah lihat, tanpa banyak berkata Saya jelaskan kepada pimpinan mungkin bapak tahu casingnya tapi saya tahu isi dalamnya.

    Karena badan saya banyak lebam dan luka saya melaporkan ke SPKT polres cukup lama saya ditanya-tanya sampai akhirnya saya merasa mereka tidak membuatkan surat laporan saya.

    Dan saya pun bertanya apakah laporan saya diterima jika tidak saya ingin pulang. Akhirnya saya mendapatkan Surat Tanda Penerima Laporan (STPL).
    Sya lapoapor kepropam polda kalteng karena saya merasa tidak puas dengan layanan provos dipolres?

    Saya langsung mendapatkan Surat Tanda Penerima Laporan (STPL) yaduan alhamdulilah mereka polda welcome dengan saya.
    Saya tidak tahu bagaimana kejadiannya saya sudah dirumah sakit dan ketika saya sadar polisi propam meminta untuk divisum karena ibu ini pincang habis mengalami KDRT.

    Saya dirawat di rumah sakit selama 4 hari dan ibu saya dirawat selama 3 hari. Allah benar-benar menguji kami semua. Saya rasanya sudah tidak sanggup. Melihat kondisi ayah saya saki, ibu saya sakit suami saya tidak pernah sama sekali menjenguk kami.

    Apalagi untuk meminta maaf, tidak ada. Hanya allah tempat saya mengadu dan menguatkan saya, saya tidak ingin membebankan masalah saya dihadapan mereka. Saya berpura seperti orang tegar padahal saya sudah tidak mampu lagi.

    Tanggal 19 Oktober 2016, saya mendapat Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP). Tanggal 24 Oktober 2016, saya mendapat surat panggilan untuk pemeriksaan BAP.

    Sebelum kami diperiksa kami disumpah menggunakan al’quran, dan konsekuensi jika berbohong beurusan dengan Allah. Dengan tidak penuh keraguan kami ber2 berani bersumpah, tetapi nyatanya saya merasa mereka menyudutkan saya.

    Apakah karena dia seorang polisi dibantu sesamanya?
    Susah rasanya mencari keadilan?
    Saya berjuang sendiri.
    Saya mendapatkan pemberitahuan jika kasus saya tidak bisa berlanjut karena harus ada mediasi.

    Saya takut akan hal ini mereka memojokan saya lagi.
    MEDIASI I : saya berhalangan hadir karena mengantar ayah saya operasi cimino (alat yang dipasang ditangan untuk mempermudah cuci darah).

    Saya sering membaca tentang KDRT tidak sengaja membaca seorang meminta bantuan kepada KOMNAS PEREMPUAN, kantor bantuan yang bisa mendampingi menghadapkan masalah yaitu KANTOR PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK (P2TP2A).

    Padahal yang saya baca pihak PPA menyarankan kekantor P2TP2A jika korban adalah perempuan dan anak, tetapi saya tidak diberitahu. Saya menelpon KOMNAS PEREMPUAN di Jakarta.
    Saya mengadu tentang apa yang saya dan ibu saya alami.

    Alhamdulilah allah lagi-lagi berpihak dengan saya saya langsung menelpon ke P2TP2A dan bertemu langsung dengan mereka.
    Tapi saya tidak habis pikir ada seorang polwan marah berkata kenapa harus diterima pengaduan mereka (maksudnya saya dan ibu saya)?

    APAKAH SALAH JIKA SAYA MEMINTA TOLONG?. MEDIASI II : tanggal 17 November 2016, ketakutan saya mereka akan memojokan saya itu benar, saya mendengarkan dengan seksama, mereka membahas masalah perkap 9 tahun 2010 tentang (nikah,rujuk,cerai).

    Sepertinya ini diluar topik undangan yang saya terima ingin membahas penghapusan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) tetapi tidak membahas itu. Perkataan keluarga suami nada tinggi :”MAU KAMU APA? KAMU LAPOR KESANA KESINI”? Dan Perkataan bapak itu yang terlalu memojokan saya dan keluarga besar saya.

    “mengatai saya pencemburu, keluarga keras kepala, dan banyak hal lain lagi dan menyudutkan untuk bercerai dengan suami saya keluarga suami juga menekankan masalah perceraian?.

    Ketika saya diminta menjawab saya meminta waktu untuk tidak menjawab pertanyaan keluarga saya tapi saya menjawab pertanyaan bapak “saya sampai sejauh ini sendiri, tidak ada yang membantu saya, saya sudah beulang-ulang mengingatkan suami untuk jaga diri tapi nyatanya apa dia sendiri membuka aibnya dan saya tidak bisa lagi menutupi aibnya.

    Keluarga saya tidak pernah ikut campur saya cuman meminta keadilan yang seadil-adilnya ditegakkan. Mereka menyudahi mediasi karena saya dianggap lagi emosi, saya merasa tidak benar sama sekali saya cuman meminta keadilan untuk saya dan ibu saya dan saya tidak ingin mencabut laporan KDRT.

    SALAHKAH SAYA BERKOMITMEN SEPERTI ITU UNTUK MEMBELA HAK WANITA, SALAH JIKA SAYA MELAPORKAN KEMANA-MANA.
    Saya sering dibantu komnas perempuan dan P2TP2A.

    MEDIASI III : tanggal 1 Desember 2016 Saya disudutkan lagi oleh seorang guru meminta saya mencabut laporan dan bercerai dan memaafkan suami. P2TP2A abang saya menjawab “kita bisa memaafkan tetapi secara hukum sesuai hukum juga menyelesaikannya”.

    Saya selaku abang, saya mewakilkan keluarga besar tidak pernah ikut campur masalah rumah tangga adik saya karena saya menganggap dia sudah dewasa. Tapi saya sebagai anak keberatan ibu saya diperlakukan seperti itu.

    Saya ingin mencari keadilan makanya saya lapor kesana-kesini saya cuman ingin apa yang dia perbuat dia berani bertanggung jawab. Mau berapa kalipun mediasi ini saya tidak akan pernah mencabut laporan saya dan tetap menginginkan keadilan.

    Jika dia minta maaf datang kerumah orangtua saya minta maaf dengan ibu saya, tetapi dia tidak ada etikad baik sama saya dan keluarga besar.
    APAKAH DIA SEORANG POLISI SAYA SANGAT SULIT UNTUK MENDAPAT KEADILAN?

    Saya mendapat telpon dari Batkum Polda Kalteng yang ingin bertemu dengan saya secara pribadi, saya bertanya apakah ingin mediasi lagi / mempertemukan saya dengan suami saya?.

    Ternyata penting karena hal ini menyangkut masa depan saya? Rugi jika tidak datang kata beliau. Karena saya dipihak tengah dan diminta atasan untuk menyelesaikan.

    “Saya datang ditemani abang saya ternyata kecurigaan saya benar saya dipojokan lagi, seolah2 orang yang selalu saya temui semua berpihak kepada suami saya” saya tanpa banyak bicara saya mendengarkan isi rekaman kepada beliau dan tetap komitmen saya meminta keadilan untuk saya dan ibu saya.

    Tanggal 20 Desember 2016 saya mendapat surat pemberitahuan SP2HP dan isi suratnya berkas saya dikirim kejaksaan. Akhirnya apa yang saya perjuangkan bisa naik kejaksaan.

    Tanggal 23 february 2017 saya mendapat telpon dari jaksa. Ingin betemu berdua, saya berpikir positif dan itu jaksa akan membela saya dipengadilan. 27 February 2017 saya bertemu dengan beliau saya diminta menjelaskan kronologi dan saya pun menjelaskan sesuai kronologi kejadian dari awal.

    Sempat saya ingin pulang karena seolah-olah apa yang saya katakan itu semua salah. Sampai akhirnya jaksa menyampaikan ingin memediasi?. Saya sangat menolak tidak ingin mediasi lagi dan beliau berkata ada suami saya disini?
    Bagaimana perasaan kalian jika diposisi saya?.

    Saya ketakutan sekali ketika jarak saya dan suami cuman 2 meter membelakangi saya saya sampai gementaran, kaku seakan-akan badan saya tidak bisa bergerak, sekujur tubuh saya dingin, dan saya menanggis sampai sesigan saya katakan saya masih trauma tidak ingin bertemu.

    Saya takut, saya binggung, takut saya tidak mengerti tentang ini semua?
    Saya tidak tahu apa-apa?
    Saya juga binggung saya diminta untuk melengkapi hasil rekam medik ibu saya?.

    Saya bingung kenapa mesti saya yang melengkapi bukan penyidik?
    Saya inginkan KEADILAN untuk saya dan ibu saya?. Apakah HUKUM tumpul bagi wanita yang menginginkan keadilan seperti saya?.

    Wasalammualaikum Wr.Wb

    Itulah cerita yang disampaikan Arsy Paramita du akun Facebooknya.(kwt/beritasampit.co.id)