Tim Gabungan Akan Segera Dirikan Posko Komando Siaga Darurat Banjir di Kotim

    SAMPIT – Akibat curah hujan yang masih tinggi di bulan Februari hingga Maret, rapat koordinasi (Rakor) yang dilaksanakan di ruang rapat sekretaris daerah (Sekda) menyepakati bahwa status tanggap darurat bencana di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) dari waspada naik menjadi siaga darurat bencana. Senin (16/1/2018)

    Pimpinan rapat M. Yusuf selaku Kepala Pelaksan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim mengatakan bahwa mereka bersama instansi terkait mengambil tindakan menaikan status, dari waspada naik ke siaga darurat banjir di kotim dengan berbagai pertimbangan dilapangan.

    Dengan penetapan status darurat tersebut yakni sesuai hasil survey lokasi yang dilakukan tim BPBD bersama forum koordinasi kecamatan dan TNI dari tanggal 5-15 Januari 2018.

    Bahwa menurut M. Yusuf ada 19 desa dan 559 kepala keluarga yang terdampak banjir yang menyebar di 7 kecamatan yakni Kecamatan Parenggean, Kotabesi, Cempaga Hulu, Bukit Santuai, Mentaya Hulu, Telaga Antang dan Tualan Hulu.

    “Jadi kedepannya untuk badan-badan instansi yang mempunyai dana tapi terkendala oleh statusnya, sekarang sudah bisa diberikan kepada masyarakat. Sementara ini ada 7 kecamatan yang terdampak banjir ,” sebutnya

    Kemudian, sesuai kesepakatan rapat koordinasi bersama Sekda Kotim dan Indra terkait, Yusuf menerangkan bahwa pemerintah daerah akan mendirikan posko komando tim siaga darurat banjir yang berpusat di halaman Musium Kayu Jalan S. Parman Sampit dan juga mendirikan posko cabang disetiap lokasi banjir.

    “Untuk pendirian posko mulai hari ini akan didirikan posko komando di museum kayu Sampit, itu telah disepakati pada rakor tadi. Kita juga meminta kepada kecamatan agar didirikan posko lapangan,” tegasnya

    Selain itu, Yusuf mengharapkan supaya daerah bantaran sungai yang rawan banjir dapat perhatikan pemerintah daerah.

    Untuk mememcahkan permasalahan yang setiap tahunnya tidak bisa dihindari dan selalu masyarakat yang bermukim di bantaran sungai apa bila memasuki musim penghujan akan menjadi korban luapan sungai tersebut.

    “Kedepannya nanti kita akan mencoba mengkoordinaksikan untuk masyarakat yang berada di bantaran. kemungkinan segera kita relokasi di tempat yang sebelumnya rendah ke tempat yang lebih tinggi, itu akan tetap ada program kedepannya,” harapnya.

    (Jmy/Beritasampit.co.id)