SAMPIT – Sungguh tidak masuk akal, namun itulah kenyataanya. Sudah 65 tahun umur Kabupaten Kotawaringin Timur, hingga kini, percepatan pembangunan tak dirasakan oleh warga Desa Tanah Putih, Kecamatan Telawang Kabupaten Kotawaringin Timur.
Padahal, desa ini sering dikunjungi pejabat, seperti Bupati, DPRD dan pihak desa terus mengusulkan hal ini dalam Musyawarah Pembangunan setiap tahun. Akan tetapi belum bisa terealisasi bahkan terisolasi.
Belum lagi status kawasan desa ini yang hanya 10 persen bisa digunakan masyarakat. Sisanya 90 persen masuk kawasan Hutan Produksi (HP). Dampaknya, penyerapan dana desa setiap tahunnya hanya mampu 50 persen dari dana desa sekitar 1,4 miliar.
Kendati demikian, jalan desa ini memang bisa dilalalui oleh kendaraan roda dua maupun empat. Namun belum ada aspal, karena jalan menuju deaa tersebut dapat melewati jalur perkebunan kepala sawit yang berjarak 50 kilo dari Kota Sampit.
Kepala Desa Tanah Putih, Yohandi mengatakan masyarakatnya sangat membutuhkan adanya aliran listik dan telekomunikasi memadai diwilayahnya. Selain itu kapastian status kawasan atau tanah yang dimiliki oleh masyarakat semuanya masuk dalam kawasan HP (hutan produksi).
“Sampai saat ini kami masih menggunakan sarana genset untuk penerangan. Tidak ada aliran listrik. Kami sudah mencoba untuk bekerjasama dengan perusahaan perkebunan di dekat kami ini. Namun hasilmya diserahkan ke pemerintah daerah untuk penerangannya,” kata Kades setempat Yohandi saat diwawancarai beritasampit.co.id (23/1/2018).
Ditambahkan, akibat minimnya sarana telekomunikasi yang hanya bisa telepon, namun akses internet sama sekali tidak terkoneksi, dirinya berharap agar ada jaringan internet yang masuk.
Disamping itu, warga deaa yang memiliki dusun yakni Dusun Rnting Tada, Dukuh s
sakti, dan Mauara Ubar ini, menginginkan tenaga medis dan guru.
Sebab, diwilayahnya sangat membutuhkan bidan dan guru pengajar. Dengan begitu lanjutnya, Desa Tanah Putih daompat maju dan berkembang untuk Kotim, kearah yang lebih baik lagi.
(raf/beritasampit.co.id)
