Pelaksanaan Full Day Scholl Belum Sesuai Dengan Dukungan Sarana dan Prasarana

    KASONGAN – Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Katingan, Muhammad Hasrun Mengatakan, meskipun regulasinya ada, namun dari Pemerintah Pusat hanya mengimbau kepada semua sekolah di semua Provinsi dan Kabupaten/Kota se Indonesia untuk melaksanakan sekolah dari pagi hingga sore atau satu hari penuh (full day school).

    Khusus untuk di semua Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang ada di Kabupaten Katingan, dirinya tidak bisa melaksanakan imbauan tersebut. Hal itu, bukan lantaran tidak mau, tapi belum memiliki sarana dan prasarana atau berbagai fasilitas pendukungnya.

    Sarana dan prasarana pendungkung dimaksud menurutnya seperti lapangan olahraga voli ball, basket ball dan berbagai tempat dan fasilitas olahraga lainnya. Termasuk juga laboratorium dan tempat ibadah. “Belum lagi tenaga pendidiknya. Ini yang kami terus pikirkan,” sebut Hasrun belum lama ini.

    Misalnya, Musala (langgar,red). Karena, untuk melakukan ibadah sholat Zuhur dan Ashar harus dilaksanakan secara berjama’ah, dan apabila tidak dilaksanakan berjama’ah dikhakwatirkan ada siswa yang tertinggal (tidak sempat waktunya) untuk menutut ilmunya di ruang sekolah. Karena waktu isterahat hanya diberikan antara 15 hingga 30 menit saja.

    Jika dalam 30 menit itu secara bergatian dua orang atau 5 orang lantaran terbatasnya tempat menunaikan ibadah Zhohor dan Ashar maka hanya bisa menyelesaikan seperempat saja. Belum lagi waktu untuk makan dan minumnya saat istirahat.

    “Sementara, untuk sekolah-sekolah di Kabupaten Katingan ini, maksimal hanya memiliki fasilitas olahraga vollyball saja. Sedangkan tempat olahraga yang lainnya belum ada. Begitu pula gedung sanggar untuk melaksanakan seni tari dan budaya, tak satu sekolahpun yang memilikinya,” jelas mantan kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) ini.

    Kendala lainnya jika full day school itu diterapkan di bumi Penyang Hinje Simpei ini, lanjutnya adalah masalah membengkaknya pengeluaran dari orangtua murid (siswa) yang sering dikeluhkan sebagian besar para orangtua di Kabupaten Katingan.

    “Pasalnya, saat ini uang jajan yang diberikan oleh orangtuanya hanya sekitar Rp 10 ribu/siswa, kemungkinan akan bertambah menjadi Rp 30 ribu/siswa ketika full day scholl diterapkan,” tandasnya.

    Ditempat lain, Bapak Elsa (40) membenarkan bahwa putrinya si mata wayang sudah hampir satu tahun ini mengikuti full day school dimaksud, dan mengaku terbebani, terutama beban pengeluaran yang bertambah.

    “Tadinya uang jajan hanya Rp 10 ribu saja perhari, setelah full day school beban menjadi Rp 30 ribu perhari. Kalau punya anak tiga maka Rp 2,7 juta/perbulan. Sedangkan pendapatan saya hanya Rp 3 juta saja perbulan,” terang Abah Elsa, kepada beritasampit.co.id, Senin (29/1/2018).

    (ar/beritasampit.co.id)