Perajin Miniatur Kapal Seruyan Perlu Permodalan dan Pemasaran

    SERUYAN – Perajin miniatur kapal di Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah membutuhkan bantuan permodalan untuk mengembangkan usahanya serta pemasarannya.

    “Kami berharap ada perhatian pemerintah, terutama untuk permodalan agar usaha miniatur kapal bisa dikembangkan,” kata Mar’i (45), seorang perajin minitaur kapal di Kuala Pembuang, Minggu (25/3/18).

    Mar’i yang juga nelayan Desa Sungai Undang, Kecamatan Seruyan Hilir ini menjelaskan, untuk membuat satu buah miniatur kapal diperlukan biaya hingga Rp. 250 ribu untuk membeli bahan baku berupa kayu pulai atau pelantan yang dipesan dari daerah Hulu Seruyan.

    “Kayu pelantan panjang satu meter dengan diameter 25 centimeter harganya kita beli Rp. 50 ribu, ditambah lagi biaya mengolah kayu ke tukang meubel serta bahan lainnya. Jadi modal yang diperlukan untuk membuat satu miniatur Rp. 250 ribu,” katanya.

    Ia menambahkan, karena terbatasnya modal akhirnya pembuatan miniatur kapal tidak dilakukan setiap saat. Tapi hanya dibuat saat mendapat pesanan dari pembeli.

    “Kita tidak bisa membuat kalau tidak ada yang pesan, karena modalnya tidak adanya. Selama ini uang muka atau uang yang dibayar pembeli juga digunakan untuk beli bahan baku,” katanya.

    Ia mengatakan, saat ini miniatur kapal mulai banyak diminati masyarakat. Dalam satu bulan para perajin mendapat pemesanan hingga 15 buah.

    Miniatur kapal dibuat menggunakan kayu pulai atau pelantan, karena serat kayu pelantan lebih rapat, ringan, dan kuat jika dicat serta mudah untuk dibentuk.

    Untuk membuat satu miniatur speed boat biasanya dibutuhkan waktu dua minggu, sedangkan miniatur kapal pesiar dibutuhkan waktu hingga satu minggu. Satu miniatur kapal atau speed boat dijual antara Rp. 300 ribu hingga Rp. 750 ribu, tergantung ukuran dan tingkat kerumitan pengerjaan.

    Selain untuk pajangan memperindah ruangan, miniatur kapal itu bisa dipasangi mesin sehingga bisa dimainkan di sungai.

    Menurutnya, meski usaha pembuatan miniatur kapal sebenarnya memiliki peluang cukup bagus. Namun sejauh ini, banyak perajin kapal di Desa Sungai Undang yang juga nelayan hanya membuat miniatur kapal sebagai usaha sampingan saat tidak bisa melaut.

    “Jadi sampingan saja. Karena mau kita kembangkan benar-benar modalnya juga tidak ada. Kita bersyukur, kalau seandainya ada bantuan permodalan untuk mengembangkan usaha ini,” katanya.

    (rdi/beritasampit.co.id)

    Editor: MAULANA KAWIT