Melihat Perjalanan Panjang Prof.Dr.Birute Mary Galdikas yang Peduli Terhadap Kehidupan Orangutan (Bagian 2)

    Oleh: Maman Wiharja***

    “Diusia Senja 72 Tahun Tetap Penuh Semangat”

    DALAM mengembangkan prestasi terkadang faktor usia sering menghambat, tapi bagi Birute yang kini sudah usia senja 72 tahun, kepeduliannya terhadap orangutan tak pernah pupus. Bahkan kalau diundang sebagai pembicara untuk memberikan ceramah sampai 3 jam, Birute tetap penuh semangat.

    Seperti saat Birute sebagai pembicara Training (pelatihan) interpreteur di Tourism Information Center (TIC) Tanjung Puting,di Kumai Hulu,yang digelar Rabu, Jumat dan terakhir Minggu (29/4/2018).

    Walaupun keadaan ruangan pelatihan agak panas, justru Birute minta dua kipas angin besar untuk dimatikan, karena kata Birute ‘berisik’ mengganggu konsentrasi. Bahkan Kamis (26/4/2018) disela-sela kesibukannya Birute juga ikut melepas liarkan seekor Macan Dahan, yang berhasil ditangkap di kawasan rehabilitasi orangutan milik OFI di Sungai Buluh Kecil, TNTP.

    Sosok Birute, memang pantas banyak meraih prestasi/penghargaan tentang kehidupan orangutan yang sebenarnya. Sebab sejak awal sekolah dasar menurut ceritranya, Birute kecil sudah tertarik dengan buku-buku ceritra, seperti waktu kecil tertarik kepada Buku ceritra seorang tokoh tua bersama seekor monyet.

    Kemudian Birute saat kuliah di Universitas of Brittis Columbia (UBC) di Kota Vacouper, berhasil menyelesaikan studynya dan berhasil mendapat gelar ‘Master Bidang Antropologi,kemudian dilanjutkan lagi kuliahnya di Univercity Of California Los Angeles (UCLA).

    Pada saat mahasiswa pasca sarjana,tidak disangka-sangka Birute bertemu dengan Guru Besar dari Kenya-Afrika bernama ‘Dr.Louis Leakey’. (Yang sekarang nama Louis Leakey, diabadikan di salah satu kawasan konservasi Taman Nasional Tanjung Puting dengan nama Came Leakey).

    Pertemuan dengan Dr.Louis Leakey, oleh Birute dimanfaatkan untuk mencurahkan ketertarikannya dan berniat akan mempelajari kehidupan Orangutan di Indonesia, yakni di Borneo (Kalimantan) tepatnya di Hutan Tanjung Puting-Kumai.

    Dan Dr.Louis Leakey pun, kemudian mendukung Birute untuk melakukan penelitian orangutan di Kalimantan. Bahkan Guru Besar itu juga memberi bantuan dana untuk pembiayaan Birute di Kalimantan.

    Masih kata ceritra, Birute sebelum berangkat ke Kalimantan banyak teman-teman sekuliahnya yang mengolok-olok mengatakan: “Birute, tidak mungkin berhasil, meneliti kehidupan orangutan di hutan rimba Kalimantan, karena hutannya masih ganas dan akan sulit untuk berkomunikasi dengan dunia”.

    Tapi berbagai cemohan dan olok-olok dari sejumlah temannya itu, oleh Birute justru dijadikan ‘cambuk semangat’. Dan singkat ceritra 1971 Birute bisa masuk dan beradaptasi di hutan Tanjung Puting, sehingga 4 tahun kemudian, Birute banyak dipuji oleh para ahli peneliti di dunia karena berhasil menulis riset mengenalkan kepada dunia bahwa orangutan juga sebagian dari golongan bangsa Kera Besar di dunia.

    Perjalanan Birute meneliti kehidupan orangutan semakin serius, sehingga berhasil mendapatkan gelar Profesor di Simon Fraser, kemudian mendirikan Orangutan Foundation International (OFI) yang berpusat di Amerika dan juga mendapat gelar Dokter (Dr) saat dinobatkan sebagai Guru Besar di Universitas Nasional Jakarta. (bersambung*)

    (Penulis merupakan wartawan senior berdomisili di Pangkalan Bun)