Walau di Kursi Roda, Shinta Gus Dur Semangat Adakan Sahur di 8 Provinsi

    JAKARTA – Nyai Hj Sinta Nuriyah Wahid, istri mendiang Presiden RI ke 4 KH. Abdurahman Wahid (Gus Dur), walau duduk di kursi roda tetap semangat untuk melaksanakan agenda tahunan setiap bulan Ramadan yaitu Sahur Keliling 2018 selama satu bulan penuh.

    Mulai Sahur Keliling 2018, Jumat (18/5/2018) dengan acara buka puasa bersama masyarakat di Bandung, Jawa Barat.

    Menurut Penanggungjawab program Sahur Keliling 2018, yang juga Ketua Umum DPP BARIKADE GUSDUR (Barisan Kader Gus Dur) Priyo, Program Sahur Keliling ini sebagai satu bentuk dari Shinta untuk merawat keberagaman selama 19 tahun tanpa henti ke berbagai pelosok Tanah Air.

    “Setelah dari Jawa Barat ke Provinsi Kalimantan Barat terus ke Sulawesi Utara, menuju ke berbagai daerah di Jawa Timur, sebelum ditutup di daerah Banten dan Jabodetabek pada H-2 lebaran. Total daerah yang dikunjungi sekitar 38 titik yang tersebar di 8 Provinsi,” kata Priyo, Jumat (18/5/2018).

    Menurutnya, agenda di Kalimantan Barat selain buka puasa bersama masyarakat di kota Pontianak, Shinta Nuriyah akan buka puasa bersama di Masjid Oesman Al Khair di Sukadana, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat, masjid yang dibangun indah di atas permukaan laut yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada bulan Oktober tahun lalu.

    Masjid Oesman Al Khair tersebut dibangun oleh Ketua DPD RI Oesman Sapta Odang.

    Panitia daerah sahur keliling terdiri dari berbagai kelompok masyarakat dan lintas agama, seperti Jaringan Gusdurian, NU, ANBTI, Keuskupan Bandung, Matakin (Konghuchu), INTI, PERDUKI, dan komunitas-komunitas sosial masyarakat lainnya.

    Sementara itu pesertanya juga datang dari berbagai kelompok masyarakat lintas iman, ras dan suku, terutama kaum dhuafa, yatim piatu dan masyarakat kurang beruntung lainnya.

    Program Sahur Keliling yang telah berlangsung rutin setiap tahun selama 19 tahun ini dimaksudkan untuk menyapa masyarakat sekaligus mendorong rasa cinta Tanah Air dalam semangat kerukunan dan persatuan dalam bingkai Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 45.

    “Kita hanya bersilaturahmi menyapa mereka dengan baik, menanyakan bagaimana puasanya, dan apa yang menjadi kesulitan dalam kehidupannya. Kita banyak mendapatkan masukan, bagaimana kehidupan mereka, bagaimana mereka berjuang untuk mencari sesuap nasi,” kata Shinta Nuriyah yang baru-baru ini dinobatkan Majalah TIME sebagai salah seorang dari 100 tokoh paling berpengaruh di dunia.

    Semangat persatuan dan persaudaraan di antara anak bangsa juga menjadi hal yang ingin diperkuat oleh Shinta Nuriyah Wahid melalui program Sahur Keliling ini, terlebih lagi dalam situasi dan kondisi Tanah Air dewasa ini dimana bibit-bibit intoleransi mulai berkembang.

    “Intoleransi kian menguat, kerukunan itu digoyang-goyang, negara dan bangsa itu selalu diteror dan sebagainya. Saya merasa bahwa kebhinekaan itu harus diperkuat,” ucap Shinta.

    Apa sih ajaran puasa itu, pada ujungnya mempererat tali persaudaraan yang sejati di antara anak bangsa, kan, ini sama paralel dengan situasi dan kondisi bangsa, kerukunan NKRI itu harus kita jaga, harus kita bina,” ucap Ibu Shinta Nuriyah.

    (jan/Beritasampit.co.id)

    EDITOR : MAULANA KAWIT