Cegah Penggunaan Merkuri, AGC Indonesia Dan LSM Lentera Kartini Lakukan Pembinaan Di Lokasi Pertambangan Rakyat Di Kotim

    SAMPIT – Guna menciptakan sektor pertambangan emas skala kecil (PESK) yang membawa kesejahteraan, bertanggung jawab secara sosial dan ramah lingkungan di sejumlah area proyek di Indonesia, setelah Tatelu dan Tobongan Sulawesi Utara, kini Artisanal Gold Council (AGC) Indonesia berada di Kecamatan Parenggean, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah .

    Bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lentera Kartini selaku mitra lokal AGC Indonesia membantu masyarakat, khususnya pada bidang PESK melalui Program Emas Rakyat Sejahtera (PERS), yaitu melakukan analisa pelaku pertambangan untuk tidak menggunakan atau penghentian penggunaan merkuri.

    “Penggunaan merkuri di tanah air khususnya pada bidang pertambangan emas skala kecil sudah pada tahap yang sangat membahayakan dan harus dihentikan. Merkuri sudah dinyatakan sebagai bahan berbahaya bagi kehidupan manusia karena dampak yang merusak lingkungan,” ujar Dupeti Project Manager AGC Indonesia, Darlis Nasution, Jumat (20/12/2018).

    Saat melakukan Media Briefing/Transfer Informasi yang dihadiri sejumlah media sehari sebelumnya, Darlis mengatakan, akan membantu penambangan rakyat dengan alat pengekstrak emas menggunakan system floatasi yang mengandalkan kekuatan gravitasi atau system gravimetric. Tertentunya, dalam penambang nantinya masyarakat tidak lagi menggunakan merkuri.

    “Hampir diseluruh dunia pertambangan rakyat menjadi sumber pencemaran merkuri, sebab biasanya mereka melakukan proses amalgamasi dalam mengekstrak emas menggunakan merkuri. Padahal penggunaan merkuri ini telah mencemari lingkungan dan ini sudah mengkhawatirkan, sehingga kita ingin seckor ini dibenahi dan di Kotim merupakan percontohan di Indonesia dan baru pertama kali,” katanya.

    Dengan adanya program ini diharapkan pertambangan emas rakyat nanti tidak lagi mencemari lingkungan, kemudian penambangnya menjadi sejahtera, lingkungan menjadi sehat dan perempuan tidak lagi mengalami diskriminasi dalam segala aspek kehidupan di sektor pertambangan ini.

    Dijelaskan Darlis, penggunaan merkuri saat Ini tidak lagi efisien. Karena masih banyak teknologi yang lebih efisien, Hanya saja banyak penambang rakyat yang tidak mengetahuinya. “Contohnya yang kami promosikan ini memakai sistem floatasi. Kalau menggunakan merkuri tangkapan emasnya nya hanya 40 persen, misalnya ada 10 gram emas dalam 1 ton batuan yang ditangkap merkuri hanya 4 gram atau 40 persen. Sedangkan dengan metode flotasi bisa sampai 80 persen. Jadi dengan menggunakan teknologi baru ini penghasilan masyarakat naik 2 kali lipat hanya dengan mengubah teknologi dalam mengekstrak emas tadi,” terangnya.

    Darlis menambahkan, PT Aneka Tambang (Antam) siap membeli emas yang dihasilkan dari wilayah binaan AGC Indonesia. Namun dengan standar dan ketentuan. Selain tidak menggunakan merkuri, tidak adanya eksploitasi atau melibatkan anak-anak, adanya kesetaraan gender, berada di wilayah pertambangan rakyat (WPR) yang berizin, serta ketentuan dalam memperoleh sertifikat dari aktifitas tersebut.

    “Ini juga merupakan upaya AGC Indonesia dalam membantu para penambang untuk dapat memperoleh izin pertambangan agar yang dilakukan penambang ini diakui atau legal, sebab dengan lokasi dan aktifitas yang legal, maka pemerintah daerah akan lebih mudah dalam pengawasan dan pembinaan. Disisi lain hasil yang diperoleh bernilai tinggi dan dapat dijual diperusahaan resmi seperti PT Antam,” tambahnya,

    Sementara itu Ketua LSM Lentera Kartini, Forisni Aprilista, saat disambangi beritasampit.co.id, mengatakan pihaknya ingin memperkenalkan program kerjasama antara Lentera Kartini dengan AGC Indonesia, yang intinya melakukan pembinaan kepada penambang emas rakyat di kawasaan tersebut, bagaimana menambang yang baik, yang sehat tanpa merkuri.

    Kedepannya, lanjutnya, dari pembinaan atau alat bantuan dari Kanada ini dapat memberikan manfaat kepada penambang, agar hasil yang didapat para penambang bisa lebih baik dan mempunyai nilai lebih.

    Disamping itu, pihaknya akan membantu membangun koperasi di kawasan pertambangan yang digadang-gadang akan menjadi koperasi pertama di Kalimantan Tengah untuk kawasan pertambangan tradisional atau pertambangan rakyat.

    “Selain itu kami juga melakukan pembinaan dengan menghidupkan koperasi unit perempuan diwilayah pertambangan. Dengan harapan mereka tidak hanya melakukan kegiatan tambang, tapi juga mempunyai keterampilan-keterampilan yang bisa menunjang atau ekonomi alternatif penghasilan tambahan bagi keluarga,” tutupnya.

    Untuk diketahui, AGC Indonesia adalah bagian dari Artisanal Gold Council yang berkantor pusat di Kanada. Sebagai lembaga nirlaba global yang ditugasi oleh Pemerintah Kanada melalui Global Affairs Canada (GAC) dalam implementasi program Sustainable Development of Artisanal and Small-scale Gold Mining di Indonesia.

    Karena desakan menghapus penggunaan bahan berbahaya merkuri dalam penambangan emas skala kecil dan upaya solusi yang tepat guna bagi masyarakat penambang terus dilakukan, tentunya upaya ini untuk mewujudkan tujuan dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Ratifikasi Konvensi Minamata Tentang Merkuri.

    (jun/Berita Sampit)