Menguatkan Peran Diskusi Antara Guru Dan Masyarakat

    Ditulis oleh Saiful Rohman, S.Pd. Salah Satu Guru SMPN 4 Katingan Kuala, Kabupaten Katingan

    Diskusi antara guru dan masyarakat sangat bermanfaat. Diskusi diantara keduanya sering melahirkan solusi atas masalah yang terjadi di ruang kelas dan di masyarakat. Sebagai seorang guru, penulis sering merasakan manfaat diskusi dengan masyarakat.

    Ruang kelas yang saya ajar pernah mengalami sebuah permasalahan. Beberapa anak dari keluarga buruh tani sering bermalas – malasan ketika belajar di ruang kelas. Alasannya, mereka merasa sudah memiliki bekal yang cukup untuk masa depan. Keterampilan memanen padi dari orang tuanya telah diwariskan secara sempurna.

    Akibat yang muncul adalah proses belajar di ruang kelas menjadi terganggu. Seringkali, kemalasan tersebut menular ke sejumlah rekan yang lain. Akhirnya, pembelajaran dalam ruang kelas tidak kondusif.

    Dalam sebuah kesempatan, diskusi memainkan perannya. Buruh panen mengeluh akibat mekanisasi pertanian. Tenaga mereka jarang terpakai ketika musim panen. Hadirnya mesin panen padi modern telah mengurangi jumlah pendapatan ekonomi keluarga. Akibatnya, defisit keuangan keluarga terjadi.

    Keluhan buruh panen kami bawa ke ruang kelas. Kami sampaikan kepada anak (buruh panen) yang malas belajar. Revolusi industri telah menenggelamkan beberapa pekerjaan. Industri 4.0 telah melahirkan lapangan kerja baru. Dimungkinkan, pasca industri 4.0 banyak pergeseran di dunia kerja.

    Mustahil kiranya, permasalahan di ruang kelas menemukan solusi jika guru tidak membuka diri untuk berdiskusi dengan masyarakat. Karena, masyarakat menjadi sumber informasi yang berisi solusi atas masalah siswa di ruang kelas.

    Ketika siswa malas belajar dan merasa cukup dengan keterampilan manual, berarti mereka sedang mendaftarkan diri untuk mengeluh di kemudian hari. Layaknya buruh panen padi yang mengeluh saat ini.

    Sebaliknya, tidak jarang permasalahan yang muncul di masyarakat mampu diselesaikan karena diskusi sekolah dan masyarakat. Seperti yang pernah kami alami banyak orang tua cemas anak mereka tidak mengaji di sore hari. Tidak sedikit, anak usia sekolah (SMP) yang buta dengan huruf hijaiyah. Jam belajar agama di sekolah dirasa tidak cukup jadi solusi. Tetapi, program sekolah bisa memberi kontribusi.

    Melihat kondisi tersebut sekolah berembuk dengan TPA dan TPQ yang ada di lingkungan sekitar. Memadukan langkah untuk bersama mengatasi masalah. Hingga lahirlah gerakan wajib mengaji. Sekolah mewajibkan siswanya mengaji sore hari di TPA atau TPQ. Kegiatan mengaji sore hari dijadikan bagian dari penilaian. Sehingga, siswa yang tadinya malas mengaji menjadi rajin mengaji.

    Dua peristiwa diatas menggambarkan bahwa sekolah dan masyarakat dapat saling menguatkan. Apalagi di tengah cepatnya perubahan akibat globalisasi. Industri 4.0 yang berbasis jaringan banyak menyisakan persoalan yang besar, persoalan pendidikan dan persoalan masyarakat.

    Terkadang, masyarakat dapat menjadi sumber solusi atas persoalan pendidikan. Hal serupa juga berlaku degan sekolah menjadi sumber solusi atas persoalan masyarakat.

    Intinya, sekolah dan masyarakat dapat lahir beriringan. Guru dapat menjadi jembatan lahirnya sekolah dan masyarakat yang kuat. Syaratnya, sang guru harus suka berdiskusi dengan masyarakat. Diskusi tidak akan terjadi, jika guru mengisolasi diri. Guru hanya bergerak dari rumah ke sekolah. Guru enggan bersosialisasi, membaur dalam kegiatan masyarakat.

    Guru zaman now adalah guru yang berbaur dengan masyarakat. Guru modern adalah guru yang aktif membangun masyarakat. Guru bukan hanya pekerjaan, guru juga agen perubahan. Kuatnya pendidikan dan majunya budaya di tengah masyarakat tergantung sentuhan guru zaman now dan guru modern.