Kejar Nilai Tambah Petani, Kalteng Genjot Ekspor Olahan Minyak Sawit

    PANGKALAN BUN-Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) kembali melepas ekspor 37.000 MT Refined Bleaced Deodorized Olein (RDB Olein) senilai Rp. 300 miliar ke Tiongkok.

    Kalimantan Tengah, termasuk dalam 5 provinsi terbesar penghasil kelapa sawit dan turunannya di Indonesia selain Riau, Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Kalimantan Barat, yang terus genjot ekspor produk olahan minyak kelapa sawitnya.

    “Kami sangat mendukung tumbuhnya industri hilirisasi kelapa sawit, karena produk olahan hasil industri hilir lah yang justru mendatangkan nilai tambah bagi petani” ujar Ali Jamil, Kepala Barantan saat melepas ekspor RDB Olein bersama Gubernur Kalimantan Tengah di Pelabuhan Tempenek-Kumai, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Senin (18/3/2019).

    Pada tahun 2017, ekspor RBD Olein dari Kalimantan Tengah yang keluar melalui Karantina Palangkaraya mencapai 23.999 MT dengan nilai ekspor 196 M. Di tahun berikutnya yaitu tahun 2018 ekspor meningkat sebesar 43% sebanyak 34.357 MT dengan nilai ekspor sebesar 281 M. Sedangkan 3 bulan pertama di tahun 2019 sudah mencapai 96.699 MT dengan nilai ekspor mencapai 791 miliar.

    “Ini pencapaian yang harus diberi apresiasi menurut saya, baru 3 bulan saja sudah hampir mencapai 200 persen, capaian yang luar biasa, bisa kita bayangkan berapa nilai tambah yang bisa diterima petani saat ini,” ungkap Jamil dengan bangga.

    Kepala Barantan juga menambahkan bahwa sepanjang bulan Januari hingga Maret 2019, selain RDB Olein, Kalimantan Tengah tercatat juga melakukan ekspor turunan kepala sawit lainnya seperti Palm Kernel Expeller sebanyak 17.350 Ton dengan nilai ekspor sebesar 81 M, Crude Palm Oil sebanyak 11.998 Ton setara 93 M dengan negara tujuan Vietnam, Thailand dan Cina. Ada juga karet lempengan (Natural Rubber) sebanyak 3 juta lembar setara 137 Miliar tujuan India, Jerman, Turki, Finlandia, Israel serta Rusia.

    “Untuk mendukung pertumbuhan ekspor industri hilir minyak sawit, Barantan telah memberi kemudahan pelayanan sertifikasi ekspor kepada pelaku usaha berupa PPK Online dan Inline Inspection guna pemenuhan persyaratan SPS (Sanitary and Phytosanitary) sehingga lolos negara tujuan ekspor” tambahnya.

    Sementara itu, Kepala Karantina Palangkaraya, Parlin R. Sitanggang menyampaikan data dari sistem otomasi perkarantinaan di wilayah kerjanya bahwa komoditas unggulan ekspor lainnya dari Kalimantan Tengah ialah Kayu Jelutong, Plywood dan Aquatic Plant yang juga banyak diminati Negara-negara Asia, Eropa bahkan Amerika Serikat.

    Ada juga potensi ekspor produk hewan di Kalimantan Tengah yang memiliki nilai jual yang tinggi yaitu sarang burung walet (SBW). “Potensi ekspor sarang burung walet yang keluar dari Palangkaraya sebesar 120 Ton pertahun dengan nilai jual perkilonya sebesar 13 juta sehingga potensi ekspor pertahun bisa mencapai 1,5 triliun,” ujar Parlin.

    Dalam mewujudkan ini memerlukan kerjasama dengan pihak pemerintah propinsi Kalimantan Tengah untuk menarik investor yang mau mendirikan rumah pemrosesan sarang burung wallet. Jika di Kalteng sudah ada rumah produksi walet, maka SBW asal Kalteng bisa langsung diekspor, tidak perlu lagi melalui tempat lain atau antar area.

    Seperti Jakarta, Surabaya, Semarang dan Medan, terang Parlin. Sehingga kesejahteraan taraf hidup petani walet pun akan meningkat dengan menerima harga jual yang lebih tinggi.

    “Karantina Palangkaraya senantiasa siap memfasilitasi untuk melakukan pendampingan jika ada pelaku usaha walet yang ingin mendirikan rumah produksi walet yang sesuai dengan standar protokol karantina Tiongkok” tambahnya.

    Gubernur Kalimantan Tengah, H. Sugiarto Sabran yang hadir dan melepas ekspor dalam sambutannya menyampaikan apresiasinya kepasa pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pertanian atas pemba ngunan pertanian diwilayah kerjanya. Dengan melihat data pertumbuhan yang disampaikan Barantan, Gubernur pun berharap kedepan adanya langkah konkret dalam menggenjot ekspor, tidak hanya satu komoditas tapi seluruh komoditas yang dimiliki oleh petani di Kalimantan Tengah, ujarnya.

    Untuk mengoptimalkan potensi ekspor di tiap-tiap provinsi, Kepala Barantan, menyerahkan Aplikasi iMace (Indonesian Map of Agricultural Commodities Exports). Aplikasi yang baru saja diluncurkan oleh Menteri Pertanian, Rabu (13/3), merupakan peta ekspor komoditas pertanian Indonesia yang dapat digunakan oleh pemerintah provinsi sebagai dasar pijakan kebijakan dalam pengembangan potensi ekspor produk pertanian di wilayahnya.

    Saat menyerahkan aplikasi ini kepada Gubernur Kalteng, Jamil juga menjelaskan bahwa melalui aplikasi ini pemerintah provinsi dapat melihat daftar transaksi ekspor komoditas pertanian di provinsinya, grafik tren ekspor komoditas, negara tujuan ekspor, daftar eksportir dan daerah asal komoditas hingga potensi ekspor yang dapat dikembangkan di wilayahnya masing-masing.

    “Ini adalah bentuk salah satu trobosan kerjasama pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dalam mendorong akselerasi ekspor komoditas pertanian untuk meningkatkan devisa sektor nonmigas” tandas Jamil.

    Turut hadir pada acara ini Anggota DPR RI Komisi VI – H. Hamdhani, Bupati Kotawaringin Barat – Hj. Nurhidayah, Ketua DPRD Kotawaringin Barat – Triyanto dan instansi terkait serta pelaku usaha agrobisnis.

    (man/beritasampit.co.id)