Invosi Dinas Kesehatan Kotim Turunkan Stunting

JUN/BS : Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), dr Faisal Novendra Cahyanto  

Editor : Maulana Kawit

SAMPIT – Guna menurunkan stunting di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) Dinas Kesehatan setempat, melakukan beberapa upaya inovasi dan kegiatan bidang kesehatan.

Inovasi dan kegiatan tersebut diantaranya Geram Ranting (Gerakan bersama berantas stunting), Hata Upah Ranting (Hayak Itah Uras Pahari Berantas Stunting), Pos Bunting, JEK MIL, RPS, Pemicuan STBM stunting dan pendataan.

“Geram Ranting kami lakukan di Desa Bukit Harapan, sedangkan Hata Upah Ranting di Desa Barunang Miri. Kedua desa tersebut berada di Kecamatan Parenggean,” ucap Kepala Dinas Kesehatan Kotim, dr Faisal Novendra Cahyanto.

Adapun kegiatan yang dilakukan, terangnya, berupa pembentukan Pos Gizi Pencegahan Stunting, di mana setiap rumah ditempel stiker 12 indikator yang harus dilaksanakan setiap rumah tangga, kemudian dilakukan monitoring oleh kader setiap bulan.

BACA JUGA:   Warung Penjual Solar Eceran Terbakar, Jago Merah Merambat ke Bengkel

Indikator yang digunakan adalah menimbang balita setiap bulan, memeriksakan kehamilan, ASI eksklusif, imunisasi dasar lengkap, garam beryodium, kapsul vitamin A, tablet tambah darah, minum obat cacing, cuci tangan pakai sabun, sarana air bersih, jamban sehat dan rumah tanpa asap rokok.

Dinas Kesehatan Kotim juga mendirikan Pos bunting atau pos bunda tanggap stunting desa Handil Sohor, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan. Kemudian Pengadaan JEK MIL (Ojek Ibu Hamil) di desa Ujung Pandaran, Kecamatan Teluk Sampit. Dimana desa membiayai ibu hamil 1 x selama ibu hamil untuk cek kehamilan ke Rumah Sakit (USG) dengan menggunakan dana desa.

Inovasi dan kegiatan bidang kesehatan lainnya, lanjutnya, adalah RPS (Repeated Processing Septictank) di desa Tanjung Jariangau, Kecamatan Mentaya Hulu dan Tumbang Penyahuan, Kecamatan Bukit Santuai. Serta Pemicuan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) stunting dan pendataan di desa Rantau Suang, Kecamatan Telaga Antang.

BACA JUGA:   Lahan yang Belum Diganti Rugi PT BSP Diukur Kembali Bersama Kelompok Tani di Cempaga

dr Faisal menyebutkan, berdasarkan Aplikasi Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat atau e-PPGBM per tanggal 1 Desember 2019, data stunting tercatat tertinggi di desa Ujung Pandaran, Samuda dan Bapinang. Namun demikian beberapa desa lainnya juga perlu mendapat perhatian, baik yang berada di kawasan selatan maupun Utara Kabupaten Kotawaringin Timur.

“Stunting disebabkan oleh faktor multidimensi, sehingga penangananya bukan saja di sektor kesehatan namun juga perlu dilakukan oleh multisektor,” tegasnya.

(jun/beritasampit)