AWAS ! DAMPAK BURUK TELEVISI DAN GADGET PADA PSIKOLOGI ANAK

Ilustrasi

Televisi dan Gadget, di percaya memiliki begitu banyak aspek sosial karena dianggap sebagai sebuah media di dalam masyarakat sejak pertama kali di temukan. Padahal saat ini barang elektronik ini tidak bisa lepas dari pandangan anak-anak, terlebih aturan tetap berada dirumah dan belajar dirumah, atau meniadakan proses belajar mengajar di sekolah sejalan dengan mewabahnya virus corona (Covid-19).

Beberapa penelitian menunjukan saat seseorang menonton televisi, maka satu bagian dari otak akan menjadi sangat aktif dan hormon dopamine di produksi.

Beberapa ilmuan percaya, dikeluarkannya dopamine dengan jumlah yang tinggi akan mengurangi neurotransmiter yang sedianya digunakan untuk tujuan lain.

Penelitian lain terhadap anak-anak dan orang dewasa menemukan hubungan antara banyak jam yang di habiskan untuk menonton televisi dengan obesitas. Sebuah studi juga menemukan bahwa kegiatan menonton televisi dapat menurunkan tingkat metabolisme anak-anak hingga mencapai tingkat di bawah rata-rata metabolisme saat tidur.

Pengaruh media televisi terhadap anak dinilai sangat cukup mencemaskan dan perlu mendapat perhatian serius dari orang tua, sebab selain mengurangi jam tidur yang berakibat terganggunya kesehatan juga mempenggaruhi psikologi mental anak.

Setidaknya, sebanyak 83%  anak-anak usia sekolah di bawah enam tahun telah menonton televisi. Bahkan anak-anak pra sekolah menghabiskan minimal empat jam setiap hari untuk menyaksikan tayangan televisi, bermain game dan berada didepan komputer.

Pengaruh dan perkembangan anak usia menyaksikan tayangan media dengan kekerasan selama masa pra sekolah akan mengakibatkan psikologi anak menjadi keras dalam pergaulan. Ekspos media memberikan resiko kepada anak tidak sensitif dengan kekerasan dan anti sosial.

Ia menuturkan, salah satu perusahaan di Amerika, pada tahun 2005 lalu berhasil melakukan penjualan video game sebanyak 10,5 miliar unit, diperkirakan jumlah itu akan terus bertambah mencapai 46,5 miliar ahun 2010.

Bahkan hingga kini disaat anak-anak dimanjakan dengan beragam aplikasi game melalui gadget, maka di sinilah di tuntut peran dan tanggung jawab orang tua membantu serta membimbing anak setiap menyaksikan tayangan di media, sehingga anak bisa memahami dengan konteks yang lebih benar dari yang di tontonnya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah menetapkan kecanduan game sebagai penyakit gangguan mental. Hal disebabkan karena seorang anak yang larut dalam permainan game biasanya akan lupa waktu. Selain itu, anak tidak bisa lagi mengendalikan diri karena terus adiktif untuk bermain game. Bahaya gadget pada anak harus diketahui oleh setiap orang tua, di antaranya, membuat anak mudah lupa, mempengaruhi kesehatan mata dan kondisi mental anak, terganggunya waktu tidur, anak lebih agresif, menurunnya kemampuan psikomotorik, memicu obesitas, menurunnya kemampuan kognitif, membutukan waktu lebi lama untuk melakukan aktitas baru, jarang berolahraga hingga terpapar radiasi dari gadget yang digenggam.

Untuk membatasi anak menyaksikan tayangan melalui media, ada beberapa tips yang disampaikan, antara lain jangan meletakan pesawat televisi di kamar tidur, hindari acara televisi di pagi hari, harus bisa tegas saat tidak ada tayangan televisi dan bertindak sebelum kehilangan kendali akibat pngaruh tayangan tersebut.

Yang tidak kalah pentingnya awasi dan batasi anak bermain game atau jangan manjakan anak dengan gadget atau dengan membatasi penggunannya.

(jun/berbagaisumber/beritasampit.co.id)