Rocky Gerung Kritik Demokrasi di Indonesia

WEBINAR : ARIS/BERITA SAMPIT – Suasana webinar saat Rocky Gerung menjadi narasumber di seminar kebangsaan DEMA IAIN Palangka Raya dan Himpunan Mahasiswa Palangka Raya

PALANGKA RAYA – Berbicara demokrasi tentulah merupakan hal yang lumrah di negara Indonesia. Sebab, demokrasi sendiri adalah sebuah sistem bernegara yang dianut oleh negara Indonesia dengan bersumber daripada ideologi pancasila.

Namun menilik sistem demokrasi Indonesia saat ini, dirasa cukup mengecewakan bagi banyak pihak. Sebab telah terjadi kemunduran yang sangat signifikan atas ruang berdemokrasi terutama bagi masyarakat luas.

Seperti yang disampaikan oleh Rocky Gerung, pengamat politik Indonesia saat menjadi narasumber pada acara seminar kebangsaan yang diikuti oleh 62 Perguruan Tinggi se Indonesia dengan tema ‘Wajah Baru Demokrasi Indonesia, Antara Krisis Ekonomi, Hukum dan Kepemimpinan’ yang diselenggarakan oleh DEMA IAIN Palangka Raya bersama Himpunan Mahasiswa Palangka Raya pada Rabu, 25 November 2020 kemarin.

“Demokrasi perlu konsep, demokrasi perlu kemampuan untuk menunjukkan arah bangsa, itu diikat oleh value, oleh nilai, bukan oleh pragmatisme, bukan oleh dinasti,” ujar pria yang punya julukan Presiden Akal Sehat itu.

Dia menjelaskan jika sedang terjadi kemunduran dalam berdemokrasi di Indonesia saat ini. Sebab ia menilai, dari segi ekonomi saja Indonesia hanya mampu membayar bunga hutangnya, sedangkan hutang pokoknya belum.

“Mengapa ekonomi terbengkalai? Karena pemimpin tidak punya konsep. Pemimpin tidak mampu mendeteksi hubungan antara macetnya demokrasi dan buruknya pertumbuhan ekonomi,” papar Rocky Gerung.

Lebih lanjut Rocky menjelaskan jika pertumbuhan ekonomi memerlukan suatu pengawasan yang kritis guna mewujudkan keadilan sosial. “Pertumbuhan ekonomi kalau tidak ada kritik, dia akan menyimpang dari fungsi utamanya yaitu menghasilkan keadilan sosial. Kita berpolitik hanya demi menghasilkan keadilan sosial,” jelasnya.

Bahkan menurutnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia sekarang menghadapi tantangan besar untuk bangkit dan berkembang.

“Pertumbuhan ekonomi itu diuji pada 2 hal, pertama menghasilkan keadilan sosial kah? Kedua menghormati lingkungan kah? Pemerintah yang tidak paham dalil itu pasti akan memihak kepada oligarki. Kekuasaan tidak paham itu karena tidak belajar dari sejarah,” terangnya.

Di sisi lain, ia menyatakan jika akar permasalahan dan kekacauan yang terjadi di Indonesia bukan hanya diakibatkan oleh faktor ekonomi, melainkan juga diakibatkan adanya kekosongan pihak yang seharusnya mengambil peran kritis terhadap pemerintahan (oposisi).

“Kalau di parlemen itu ada oposisi maka kita tidak perlu sering-sering mengadakan webinar dan diskusi yang mengkritisi pemerintah seperti ini,” candanya.

Lebih lanjut, Rocky juga menjelaskan maksud candaannya tadi, jika sebenarnya telah terjadi kemacetan politik yang mengakibatkan banyak kekacauan terjadi.

“Akar dari kekacauan adalah arogansi kekuasaan, kekuasaan yang menghindari kritik apalagi menghalangi kritik, itu pasti jadi arogan. Jadi intinya adalah, akar dari persoalan bangsa hari ini adalah tertutupnya komunikasi politik,” tegas Rocky.

Sehingga menurutnya solusi yang tepat untuk diterapkan adalah bagaimana pemerintah membuka kembali kran berdemokrasi dan mewujudkan demokrasi yang berkeadilan sosial dalam wujud kebhinekaan.

“Akar kemacetan politik, satu kata, arogansi. Bagaimana menghindari arogansi, ucapkan perbedaan. Kita disini seolah-olah dilarang berbeda karena kita negara kesatuan, padahal sebetulnya prinsip dalam demokrasi adalah kelola perbedaan supaya terjadi persatuan, bukan malah demi persatuan maka perbedaan dihalangi, itu terbalik,” tegasnya.

Dia juga memberikan pesan kepada masyarakat terutama mahasiswa dan pemuda agar terus mengawal jalannya pemerintahan dan tetap memberikan kritik dan masukan demi kepentingan dan kemajuan bangsa.

“Saya percaya di dalam sejarah dunia, saya percaya bahwa pikiran generasi baru, pikiran mahasiswa, pikiran millenial, pikiran netizen tidak mungkin dikendalikan oleh kekuasaan. Saya selalu percaya pikiran segar harus datang dari kampus, karena kampus memang dikutuk untuk berpikir. Sementara Kekuasaan dikutuk untuk dungu,” pesan Rocky.

“Jadi, percayalah teman-teman mahasiswa, kita bisa kepung kekuasaan itu dengan membentuk jaringan pikiran se Indonesia. Itu yang namanya komunitas akal pikiran,” tutup Rocky Gerung.

(Aris/beritasampit.co.id