Ma’ruf Cahyono Apresiasi Mahasiswa FH Unsoed Gelar Diskusi Tentang Nasionalisme

Sekjen MPR RI Ma'ruf Cahyono hadir secara virtual dalam acara Webinar 'Wawasan Kebangsaan' dari ruang delegasi Gedung Nusantara IV, Parlemen Senayan, Selasa, (8/12/2020). Dok:: Istimewa

JAKARTA– Sekretaris Jenderal MPR Ma’ruf Cahyono memberikan apresiasi yang tinggi kepada generasi muda para mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman (FH Unsoed) yang memiliki inisiatif luar biasa saat kondisi bangsa dilanda pandemi Covid-19.

“Kondisi sulit saat ini mereka masih memiliki kesadaran untuk memikirkan dan membahas bersama seputar kebangsaan dan nasionalisme,” ujar Ma’ruf secara virtual dalam acara Webinar ‘Wawasan Kebangsaan’ dari ruang delegasi Gedung Nusantara IV, Parlemen Senayan, Selasa, (8/12/2020).

Webinar ‘Wawasan Kebangsaan’ Keluarga Mahasiswa Fakultas Hukum Unsoed (KEMA FH Unsoed) 2020 itu dihadiri hadiri Dekan FH Unsoed Prof. Dr. Ade Maman Suherman dan Wakil Dekan III FH Unsoed Dr. Kartono SH., MH serta mahasiswa mahasiswi FH Unsoed.

Ma’,ruf mengatakan sebagai pemuda masa kini, harus memiliki jiwa nasionalisme yang kokoh, karena bangsa ini butuh generasi muda dengan rasa kecintaan tinggi kepada negaranya.

“Menjaga, merawat dan menyuburkan nasionalisme oleh setiap warga negara itu menjadi sesuatu yang memang harus dan pasti,” tutur Ma’ruf.

Ma’ruf lantas menjabarkan seputar definisi bangsa dan nasionalisme serta hubungannya dengan negara. Bangsa, itu ada terlebih dahulu sebelum negara.

BACA JUGA:   Perkuat Jaringan Pengawasan Pelayanan Publik, Ombudsman RI Hadiri Diskusi dengan Alumni UI

Karena, lanjut dia, adanya kesamaan kehendak dan tujuan, maka negara hadir. Dalam peristiwa sejarah sumpah pemuda tahun 1928, para pemuda dari berbagai daerah melakukan ikrar fenomenal antara lain satu bangsa, satu bahasa, satu tanah air.

“Artinya, jauh sebelum Indonesia merdeka, bangsa sudah ada dan nasionalisme telah tumbuh subur,” imbuh Ma’ruf.

Ma’ruf menjelaskan bahwa Sumpah Pemuda kemudian menjadi perwujudan dari persatuan serta kesatuan, yang merupakan ikatan emosional bangsa untuk dijadikan modal dalam membentuk satu negara. Dan bersatunya para pemuda yang beragam tersebut menjadi refleksi dari nasionalisme.

“Intinya, nasionalisme itu bukan sesuatu yang muncul dari satu kelompok, satu golongan, satu agama atau satu etnis. Nasionalisme muncul karena ada satu kesamaan visi dan misi serta fokus kesatu tujuan Indonesia merdeka,” ujarnya.

Ma’ruf menegaskan nasionalisme dalam definisi umum, yakni, nasionalisme adalah satu paham kebangsaan yang ada dalam masyarakat suatu bangsa karena soal sejarah. Karena memiliki sejarah yang sama, penderitaan akibat penjajahan yang sama, mengakibatkan adanya keinginan kolektif untuk berada dalam satu ikatan yaitu ikatan kebangsaan.

BACA JUGA:   Index Pembangunan Pemuda Naik, Legislator Golkar Bilang Begini!

“Dari sanalah kemudian muncul persatuan dan kesatuan yang sangat kuat, sehingga walaupun ada perbedaan tajam di antara anak bangsa, itu tidak akan menggoyahkan persatuan, karena ada sesuatu yang lebih kuat, ada sesuatu yang lebih memotivasi bahwa semua harus satu dalam ikatan kebangsaan itu, sehingga tidak ada lagi yang mempermasalahkan soal perbedaan suku, agama, ras, golongan dan bahasa,” kata Ma’ruf.

Ma’ruf melanjutkan kekuatan ikatan kebangsaan tersebut, sangat luar biasa dampaknya jika dimanifestasikan oleh rakyat Indonesia terutama para generasi muda saat ini.

“Saya berharap diskusi ini akan menambah ilmu serta wawasan para mahasiswa serta menambah kecintaan kepada bangsa dan negara. Saya juga berpesan, sebagai intelektual muda, para mahasiswa harus terus meningkatkan kapasitas intelektualitasnya dan disinergikan dengan peningkatan kapasitas spiritual dan emosional. Tanpa itu, maka setiap ilmu baru yang diserap tidak akan bermanfaat, malah akan tereduksi dan hilang,” pungkas Ma’ruf Cahyono.

(dis/beritasampit.co.id)