Budayawan Prof Dibia Gambarkan Tari dalam Bahasa Puitis

Budayawan sekaligus maestro seni tari Bali Prof Dr I Wayan Dibia saat menunjukkan sejumlah buku Puitika Tari yang akan diluncurkan pada 22 Desember 2021. ANTARA/Ni Luh Rhismawati.

DENPASAR – Budayawan sekaligus maestro seni tari Bali Prof Dr I Wayan Dibia menulis lima jilid buku Puitika Tari yang mengulas pelukisan atau penggambaran tari dalam bahasa puitis.

“Jika biasanya dari karya puisi dituangkan dalam seni tari, namun kali ini saya ingin menunjukkan dari pertunjukan seni tari juga bisa melahirkan karya puisi,” kata Prof Dibia di Denpasar, Minggu 19 Desember 2021.

Lima buku Puitika Tari dengan judul yang berbeda-beda yang diterbitkan itu yakni Puitika Tari 1 berjudul Ungkap Kata Tari Bali; Puitika Tari 2 berjudul Nawa Natya, Sembilan Tari Bali; dan Puitika Tari 3 berjudul Pengakuan dan Kesaksian Hanuman. Selanjutnya Puitika Tari 4 berjudul Gurat Garis Tari Baris; dan Puitika Tari 5 berjudul Nyayian Penari Senja.

Dalam lima jilid buku Puitika Tari terhimpun 160 puisi, dengan masing-masing buku berisikan 24 hingga 36 buah puisi.

“Sejak bulan Februari sampai bulan Juni 2021, saya mulai tertarik untuk menulis puisi ini. Apalagi dengan adanya bekerja dari rumah, lebih memudahkan saya. Begitu ada ide, langsung saya buka komputer dan menulis,” ujar guru besar purna bakti Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar itu.

Menurut Dibia, dengan pengalamannya dalam menulis geguritan untuk pementasan kesenian Arja, membuat dirinya lebih mudah dalam menulis puisi tersebut. Bahkan bisa sampai 10 puisi dalam sehari.

Sebagai suatu karya olah seni sastra, yang diikat irama, matra dan rima serta disusun ke dalam larik dan bait, Puitika Tari berisikan gambaran jagat tari.

Cakupan kisahnya bervariasi dari prinsip estetik, gerak-gerak, ragam dan jenis, sampai dengan peristiwa pertunjukan tari, ungkapan emosi serta kehidupan senimannya.

Puitika tari menampilkan dua hal yang saling berkaitan yaitu olah sastra dan gambaran keindahan seni tari, termasuk emosi pelakunya terhadap seni tari.

“Ini akan jadi menarik karena ada keterlibatan emosi, imajinasi dan interpretasi artistik sesuai kemampuan penulis,” ujar Prof Dibia.

Kelima buku itu akan diluncurkan pada 22 Desember 2021 bertepatan dengan Hari Jadi ke-17 Geria Olah Kreativitas Seni (GEOKS) Singapadu yang didirikannya, bertempat di Gedung GEOKS Singapadu, Sukawati-Gianyar

Buku Puitika Tari saat peluncurannya akan dibahas oleh penyair dan pemerhati seni sastra di Bali yakni Warih Wisatsana, dr Dewa Putu Sahadewa, SpOG, dan Prof Dr I Nyoman Darma Putra, M.Lit.

Selain membahas puisi, dalam peluncuran buku tersebut akan ditampilkan teater tari berjudul Jerit Tangis Dewi Sita. Seni pertunjukan ini diwujudkan melalui interaksi dan integrasi berbagai unsur seni, dari seni gerak, suara dan rupa, hingga seni sastra.

Seni gerak diwakili oleh tari Bali dan tari India (Odisi), seni suara diwakili oleh gamelan gong suling, seni rupa diwakili oleh wayang kulit dan patung-patung kepala.

Sedangkan seni sastra diwakili oleh epos Ramayana dari episode Yudha Kandha, dan pembacaan puisi dari buku Puitika Tari 3, Pengakuan dan Kesaksian Hanuman.

“Tema pementasan teater juga kami kaitkan dengan peringatan Hari Ibu, karena Ibu Pertiwi kini juga sedang menangis karena telah dirusak dan dieksploitasi,” kata penerima penghargaan internasional bidang seni Padma Shri dari Pemerintah India tersebut.

(Antara)