Peran Asprov PSSI Dinilai Belum Maksimal Memajukan Sepak Bola Nasional

Arsip - suasana kantor PSSI di Senayan Jakarta. ANTARA FOTO/Hafiz Mubarak.

JAKARTA – Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI merupakan kepanjangan tangan induk organisasi sepak bola pusat di seluruh wilayah Indonesia, hanya saja perannya dalam mengembangkan dan memajukan sepak bola nasional dinilai belum maksimal.

“Asprov tugasnya itu sebenarnya sangat strategis untuk pemantauan bibit pemain, pembinaan usia muda, pelatih sampai soal sentra-sentra latihan. Persoalannya PSSI tidak pernah memberdayakan Asprov dan Asprov tidak peduli,” kata pengamat sepak bola Anton Sanjoyo dalam keterangan resminya, Kamis 10 Februari 2022.

“Mereka tidak ngapain-ngapain juga dapat haknya dan kewenangan. Menurut saya, ini disejahterakan sejak era Nurdin Halid dengan tidak memberdayakan Asprov supaya bisa disetir misalnya dalam konteks pemilihan ketua, Exco, dan program,” katanya menambahkan.

Menurut dia, jika berjalan dengan baik maka Asprov bisa berbicara lantang saat tidak sepakat dengan kebijakan pusat. Hanya saja, ia menduga Asprov memang tidak memaksimalkan kesempatan yang dimiliki.

Pria yang akrab disapa Bung Joy itu juga tidak merasakan dampak positif dari kebanyakan kerja Asprov di Indonesia. Namun, menurutnya hanya Asprov Jawa Timur (Jatim) yang bisa ada nilainya, bahkan Asprov DKI Jakarta yang dekat dengan pusat saja bisa dikatakan nyaris tak terlihat perannya.

“Saya tidak pernah lihat, mungkin Jatim yang dalam tanda kutip ada angkanya. Saya tidak tahu DKI karena kompetisi usia muda di DKI sudah tidak ada. Dulu saya punya tim di divisi dua DKI, sekarang bubar karena kompetisi tidak ada. Jadi, mereka tidak berguna dan tidak menggunakan sumber daya dirinya padahal punya kewenangan,” kata Anton Sanjoyo menerangkan.

Salah satu panelis dalam kontestasi calon ketua umum PSSI pada 2016 itu juga mencontohkan peran Asprov PSSI Jawa Barat yang dipimpin Tommy Apriantono. Menurut dia, meski dipimpin oleh ahli sport science, perkembangannya dinilai tidak maksimal.

Hal senada juga diutarakan pengamat sepak bola lainnya, Rais Adnan. Sebagai sosok yang sudah lama berkecimpung di dunia jurnalistik sepak bola Indonesia, dia merasa Asprov PSSI belum bekerja dengan baik.

“Kalau soal sudah bekerja dengan baik atau belum, bisa dibilang mayoritas masih ada Asprov yang belum mengelola dengan baik organisasi mereka. Mungkin yang bisa dijadikan salah satu contoh Asprov paling baik dari segi organisasi dan kompetisi internal adalah Asprov Jatim,” kata Rais.

Saat ditanya apakah Asprov sudah rutin menggelar kompetisi di akar rumput sebelum era pandemi selain Piala Soeratin, Rais menilai hal itu belum terlihat. Dia juga mencontohkan bagaimana Asprov DKI Jakarta yang dinilai masih inkonsisten.

“Belum. Bahkan di Jakarta yang levelnya klub internal aja masih inkosisten. Apalagi usia dininya. Rata-rata justru yang banyak menggelar dari pihak swasta: Liga TopSkor, Liga Kompas, dan Liga Danone,” kata Rais menambahkan.

“Paling oke dari dulu seingat saya kompetisi internalnya Pengcab Jaktim. Pengcab Pusat yang notabene harusnya jadi roh Persija keteteran. Asprov DKI itu salah satu janjinya mau hidupkan kompetisi internal, tapi sekarang tidak terdengar gaungnya. Ini perlu dikonfirmasi juga ke DKI,” pungkas pria yang juga aktif menjadi komentator pertandingan sepak bola Indonesia itu.

(Antara)