Dialog Jarak Jauh Dengan Ketua Dewan Kebudayaan Cirebon, Ahmad Jajuli : Dengan Kemajuan IT Kita Terlalu Gagap Menerima Budaya Asing

MAN/BERITA SAMPIT - Ahmad Jajuli. Ketua Dewan Kebudayaan Kabupaten Cirebon

SEJAK  zaman Penjajahan, budaya asing telah masuk ke Indonesia dan sampai sekarang pengaruh budaya asing diera kemajuan Infomasi Teknologi (IT) makin mempermudah merusak Budaya Indonesia dan merasuk bangsa kita sendiri. Karena terkadang kita ini terlalu gagap menerima pengaruh asing tersebut.

Itulah awal obrolan  jarak jauh  penulis dari Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat  (Kobar) Kalteng dan Ahmad Jajuli  ( Cirebon) Ketua Dewan Kebudayaan Kabupaten Cirebon Selasa,15 Februari 2022.  (Ahmad Jajuli adalah salah seorang mantan wartawan senior di Cirebon, Tahun 1990 an, satu perjuangan dengan penulis saat masih bertugas di Cirebon).

Dari pertemuan dalam Group WA (Wartawan Senior Cirebon ), akhirnya penulispun memanfaatkan melampiaskan rasa rindunya dengan Ahmad Jajuli, selama 26 tahun dari tahun 1996 tidak bertemu. Alhamdullilah, kini sudah menjadi Ketua Dewan Kebudayaan Kabupaten Cirebon, maka melalui  dialog panjang  ini penulis menggali pendapatnya seputar ‘Pengaruh Budaya Asing ‘ dikancah yang semakin berkembangnya dunia IT.

Kata Ahmad Jajuli, di zaman IT ini banyak orang bicara seenaknya saja  tanpa memikirkan perasaan pihak lain, dengan dalih kebebasan berbicara dan perpendapat sehingga cenderung sering menimbulkan pertentangan.

Kemudian istilah free sex (seks bebas), pola dari budaya luar yang direkayasa melalui barbagai jaringan online, kata Ahmad Jajuli semakin merambah negeri ini, bahkan pola budaya luar yang berbau seks, bak ‘Dagangan Kelontong’, bukan hanya merasuki kaum remaja atau anak-anak sekolah tapi juga secara diam-diam banyak pula diminati oleh segelintir oknum elit birokrasi dan elit politik.

Padahal semua Agama mengecam untuk melakukan sex bebas, hal ini perlu kita cermati apakah dengan semakin majunya tehnologi IT, merupakan salah satu cara asing untuk menghancurkan akhlak dan moral bangsa ini.

Tak jarang kasus kasus asusila dari pengaruh IT kemudian masuk kedunia hiburan misal melalui Tivi ‘Berbayar’ dan melalui medsos genggam seperti hand phone (HP)  yang hanya hitungan detik sejumlah momen-momen yang mengaibkan penuh maksiat, dapat  ditonton jutaan bangsa kita termasuk anak-anak sekolah

BACA JUGA:   Bakti Sosial Ramadan 1445 H, Ketua YKB Daerah Polda Kalteng Kunjungi  SLBN 2 Pangkalan Bun

Ahmad Jajuli, juga sedikit mengupas tentang acara Fashion, tata busana yang digelar bangsa asing yang mudah diakses melalui online, terlihat jelas pengaruh busana busana yang tidak berkepribadian dan berselera rendah, juga melalui jaringan online telah marasuk bangsa ini.

Walhasil menurut Ahmad Jajuli, di zaman IT ini selain banyak orang yang “Gagap’ juga banyak pula orang orang kita seperti kemaruk (nafsu makan yang tinggi bagi orang yang baru sembuh dari sakit), apa saja yang datang dari barat ditelan bulat-bulat tanpa mau tahu asal-usul atau historisnya.

Seperti halnya, yang dibidik Ahmad Jajuli antara lain  juga ‘Budaya Hari Valentine’ yang belum lama diperingati 14 Februari 2022. Menurutnya, kalau Umat Islam ikut-ikutan merayakannya merupakan hal yang konyol karena itu tradisi yang dilakukan bangsa lain tanpa mengetahui asal-usulnya.

Lanjut Ahmad Jajuli Budaya Valentine Day bukan ajaran Islam, dan jelas-jelas bukan budaya kita.

Jika mencermati asal-usulnya, valentine day sebetulnya tidak jelas, sehingga tak heran bermunculan berbagai fersi, baik yang dipengaruhi mitologi Yunani maupun Kristiani.

Kata Ahmad Jajuli,  setidaknya ada 4 versi cerita valentine day. Masing-masing menurut mitologi Yunani, ensiklopedia Katolik, sejarah lahirnya hari kasih sayang di Inggris dan Perancis serta kisah cinta Santa Valentine.

Di antara keempat versi tersebut, lanjutnya, sepertinya kisah cinta Santa Valentine lebih dominan berkembang di berbagai negara. Valentine dikisahkan sebagai seorang pendeta yang hidup di Roma pada abad ke-III.

Saat itu dipimpin oleh Kaisar Claudius yang terkenal kejam. Claudius berambisi memiliki pasukan militer yang besar, ia ingin semua pria dikerajaannya bergabung di dalamya. Namun, hal ini tidak didukung, para pria enggan terlibat dalam peperangan hingga membuat Claudius marah dan memerintahkan pejabatnya melarang adanya pernikahan.

BACA JUGA:   Indahnya Berbagi di Bulan Ramadan, Polres Kobar Bagikan Takjil Gratis

Sehingga pasangan muda menganggap keputusan ini sangat tidak masuk akal. Karenanya St. Valentine menolak untuk melaksanakannya. Tapi St. Valentine tetap melaksanakan tugasnya sebagai pendeta, yaitu menikahkan para pasangan yang tengah jatuh cinta meskipun secara rahasia. Aksi ini akhirnya diketahui oleh kaisar yang segera memenjarakannya dan divonis hukuman mati dengan dipenggal kepalanya. Namun, St. Valentine malah dikunjungi banyak orang yang mendukung aksinya itu.

Banyak orang yang melemparkan bunga dan pesan berisi dukungan di jendela penjara dimana dia ditahan. Salah satunya yang percaya pada cinta kasih itu adalah putri penjaga penjara sendiri. Sewaktu Valentine diceritakan, pada hari saat ia dipenggal kepalanya, yakni tanggal 14 Februari 269 Masehi, St. Valentine menyempatkan diri menuliskan sebuah pesan untuk gadis putri sipir penjara tadi, ia menuliskan “Dengan Cinta dari Valentine-mu”.

Dari sinilah orang-orang Katolik dan Kristen merayakan hari itu untuk mengingat Santo Valentine sebagai pejuang cinta. Ahmad Jajuli menyampaikan, meniru budaya asing bukan berarti buruk, banyak hal positif dari barat tersebut yang terlanjur sudah diposisikan oleh orang kita sebagai negara maju dan modern, seperti yang terkait dengan teknologi dan berbagai macam keilmuan.

Namun, tentunya kita tidak kehilangan akar budaya sendiri, tidak mengkerdilkan budaya sendiri yang jauh lebih luhur, apalagi turut menyemarakkan dan mengagung-agungkan budaya orang lain macam valentine day yang sangat tidak pas buat kita sebagai muslim. (Maman Wiharja – Berita Sampit)