Petani dan Nelayan Katingan Sulit Dapatkan Solar

DOK. BERITA SAMPIT – Suasana Manunggal penanaman padi yang dilakukan secara baring-hurung/handep hapakat atau bergotong-royong di Desa Tewang Kampung.

KASONGAN – Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar terus menjadi keluhan para Petani dan Nelayan khususnya di Kecamatan Katingan Kuala yang terletak di wilayah Selatan Katingan.

Mayoritas warga bergantung hidup dengan cara bertani dan menangkap ikan di daerah tersebut, wilayah ini masih terbilang terisolasi, untuk ke kecamatan tersebut perlu waktu berjam-jam menggunakan transportasi air.

Camat Kuala Hariadi Utomo membenarkan kelangkaan BBM Solar bersubsidi sudah cukup lama terjadi, pihaknya juga telah melakukan pertemuan dengan para petani dan nelayan serta SPBU mencarikan solusi terkait stok terbatas BBM yang meraka terima.

“Untuk BBM jenis Solar sudah kita rapatkan dan sepakati bersama bahwa setiap Petani dan Nelayan setiap kedatangan alokasi solar dari SPBU mendapatkan 30 Liter, diluar untuk keperluan umum seperti sekolah, perkantoran, dan angkutan pelajar diluar taksi umum,” jelas Camat. Minggu, 19 Juni 2022.

Dia menyebutkan alokasi Solar yang dikirim di Kecamatan Katingan Kuala masih sangat kurang, mengingat ada 16 Desa di Kecamatan ini yang sama-sama memerlukan BBM.

BACA JUGA:   Penyuluh Agama dan Anggota Asosiasi Keagamaan Diharapkan Mampu Jalankan Tugas

“Sebenarnya kita Katingan Kuala masih kekurangan jatah alokasi untuk Solar bersubsidi, paling tidak 40.000 liter setiap bulan solar subsidi, karena itu kita berencana mau mengusulkan Desa agar mengusulkan pendirian Pertashop  lewat BUMDES,” tambahnya.

Menurutnya untuk membangun Pertashop tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit, sehingga diperlukan kolaborasi antar desa untuk membangun Bumdes Bersama. Tentu dalam pembentukan nanti harus memperhatikan peraturan perundang-undangan.

“Khusus untuk pertashop mau kita rapatkan hari Kamis ini, yang jelas harus gabungan karena kalau sendiri saya kira tidak mampu,” bebernya.

Di tempat terpisah Karyanto salah satu petani mengatakan karena tidak kebagian Solar di SPBU, pihaknya terpaksa membeli eceran di warung-warung dengan harga yang lumayan tinggi.

“Pasokan solar tersedia, cuma harga masih di atas 10 perliternya, ada yang Rp13.000-Rp.15.000 perliternya, kalo kami para petani ini harapannya satu saja. Stok Solar ada harga bisa terjangkau,” sebutnya.

Hal senada juga diungkapkan Kepala Desa Bumi Subur Voltadinata, ia mengaku sering menerima keluhan warga mengenai sulitnya mendapatkan BBM bersubsidi. Para petani dan Nelayan terpaksa mengeluarkan biaya lebih untuk bisa tetap bekerja dengan membeli BBM non subsidi.

BACA JUGA:   Kodim 1019 Katingan Akan Gelar Bazar Murah Ramadan 1445 Hijiriah

“Di sini membeli dari pelangsir atau pengepul dari Sampit, memang ada yang kios di ambil dari Pegatan tetapi itu tidak mencukupi untuk kebutuhan petani dalam menggarap sawah, dengan harga 1 jeriken 35 liter itu 450 Ribu sampai sini,” keluhannya.

Hal ini tidak berbanding lurus dengan harga gabah kering yang sangat murah menjadi Rp3.500/kilogram, kondisi ini sudah terjadi tiga kali musim panen.

“Harga gabah Rp.3.600 s/d 3.700 per/kg. Itupun ada harganya saja, tapi pembelinya belum ada,” ungkapnya

Disampaikannya untuk pemasaran, petani Katingan Kuala menjual ke Kota Sampit dan Kasongan. Tapi harga di tempat itu juga anjlok. Petani yang menjual terpaksa merugi dengan harga murah. “Harapan kami perlu ada perhatian dari Pemerintah terkait masalah itu,” pungkasnya.

(Kawit/Beritasampit.co.id)