SMAN 4 Sampit Laksanakan Dua Projek Profil Pelajar Pancasila

NARDI/ BERITA SAMPIT- Kebun dari bahan limbah sedang dalam proses awal pembuatan yang rencana selesai pada Desember 2022.

SAMPIT – SMA Negeri 4 Sampit sebagai sekolah penggerak melaksanakan projek dari Profil Pelajar Pancasila dilakukan seluruh siswa kelas X karena sudah menerapkan Kurikulum Merdeka.

“Yaitu projek pertama membuat poster, sempat memberikan hasil poster ke Bupati saat pawai pembangunan,” kata Kepala SMA Negeri 4 Sampit Ananto Wibisono, Rabu 5 Oktober 2022

Nanto menyampaikan projek ke dua yaitu membuat taman dari limbah, saat ini masih proses awal, selesai sekitar Desember 2022 nanti. Dengan memanfaatkan sampah yang sudah tidak terpakai dari lingkungan sekolah maupun dari rumah siswa masing-masing.

“Akan selesai sekitar bulan Desember saat penerimaan raport nantinya orang tua hadir ke sekolah, juga akan ada pameran poster-poster yang sudah dibuat siswa,” imbuhnya.

BACA JUGA:   357 Siswa MAN Kotim Plus Keterampilan Ikuti Assesmen PTS 2024

Ia menuturkan bahwa yang dinilai bukan hanya hasil akhir namun terpenting adalah proses pengerjaannya, karena berbagai aspek seperti dalam membuat taman, perlu bidang matematika, bagaimana menghitung diameter, luas lahan dan jumlah bahan yang diperlukan. Seni rupa, kreatifitas dan keindahan taman nantinya, kerjasama tim dan lainnya, jadi tidak hanya membuat taman.

Dalam pembuatan poster dengan tema bullying, dalam prosesnya ada penanaman konsep awal mulai dari pengertiannya, penyebab, bagaimana kondisi korban, pelaku dan saksi, serta solusi. Artinya membangun pemahaman siswa tentang hal tersebut, tidak hanya sekedar membuat poster.

BACA JUGA:   SMP Negeri 2 Sampit Bagikan Takjil untuk Masyarakat

“Dengan projek tersebut SMA Negeri 4 Sampit sebagai sekolah penggerak dalam kurikulum merdeka dapat menanamkan bahwa untuk dapat maju kita harus bergerak dan aktif serta berpikir kreatif kedepannha,” ujarnya

Dia melanjutkan untuk projek kedepan pada Januari 2023 yaitu tentang kearifan lokal, dalam kurikulum merdeka ada mata pelajaran Sejarah Lokal.

Karena kurikulum sebelumnya tidak ada Sejarah Lokal jadi agak kesulitan dalam mencari materi, untuk itu dirinya berencana seminggu sekali belajar di Museum Kayu dan sudah disampaikan ke dinas terkait.

“Semoga bisa mengangkat museum kayu dan siswa jika belajar disana maka akan mempromosikan wisata museum dengan ponsel mereka,” pungkasnya.(nardi)