Pengenalan Lingkungan, Mahasiswa UPR Pelajari Arsitektur Rumah Adat Betang Toyoi

Rombongan mahasiswa baru Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, UPR bersama para dosen dan lainnya berfoto bersama di Betang Toyoi, Desa Tumbang Malahoi, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas. (ANTARA/HO-UPR)

PALANGKA RAYA – Sebanyak 100 mahasiswa baru Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya (UPR) mempelajari arsitektur rumah adat dayak berupa Huma Betang Toyoi di Desa Tumbang Malahoi, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah.

“Kegiatan ini bagian dari program pengenalan lingkungan kampus ini bertujuan untuk menambah wawasan, yang akan menjadi bekal untuk mahasiswa baru dalam menempuh jurusan arsitektur hingga kelulusan nanti,” kata Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UPR, Indrabakti Sangalang di Palangka Raya, Selasa 11 Oktober 2022.

Dia menerangkan, Betang Toyoi dipilih sebagai lokasi untuk mengenalkan arsitektur dasar, karena bangunan yang diperkirakan dibangun pada tahun 1.800-an itu masih berdiri kokoh dan memiliki kondisi yang baik.

Huma Betang dalam bahasa Indonesia disebut rumah panjang yang merupakan rumah tradisional Suku Dayak. Namun, Huma Betang bukan hanya bangunan untuk tempat tinggal, melainkan merupakan cerminan kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari suku Dayak di tengah keberagaman yang ada.

BACA JUGA:   Pemprov Gelar Rakor Optimalisasi Penyelenggaraan Pemerintah di Daerah untuk Menyinkronkan Program

“Arsitektur di Indonesia sangat beragam, yang tercipta dari adat istiadat dan budaya yang berbeda antara yang satu dengan lainnya. Salah satunya adalah arsitektur Betang Toyoi hasil karya suku Dayak di Kalteng,” katanya.

Mempelajari arsitektur bangunan tua yang masih kokoh juga harus dilakukan agar mahasiswa nantinya dapat membandingkan cara pembangunan, struktur hingga arsitektur bangunan modern dan bangunan kun, ujarnya.

“Kunjungan itu juga bentuk kekaguman dan apresiasi kita terhadap para pendahulu suku Dayak yang bisa membangun betang yang hingga sekarang masih berdiri kokoh. Terlebih mengingat pada masa itu teknologi belum secanggih sekarang,” katanya.

Kegiatan ini juga diperkuat dengan program pengabdian masyarakat, dengan tujuan memperkenalkan arsitektur setempat yang memiliki nilai sejarah dan nilai penting, sehingga diharapkan akan menumbuhkan rasa cinta dan keinginan melestarikannya, katanya.

BACA JUGA:   Kelurga Besar DLH Kalteng Buka Puasa Bersama dan Peringatan Nuzulul Quran

Kepala Desa setepat Iseskar menyambut baik kedatangan rombongan mahasiswa baru Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, UPR ke desa setempat, yang bertujuan untuk mempelajari arsitektur Betang Toyoi.

Menurut dia, kedatangan mahasiswa baru jurusan arsitektur semakin membuka wawasan dan pengetahuan masyarakat di desa setempat, khususnya wawasan dan pengetahuan terkait arsitektur.

“Selama ini kita di daerah kebanyakan menghasilkan sarjana pendidikan atau sarjana keperawatan. Semoga kedatangan mereka bisa memberi inspirasi bagi masyarakat untuk menjadi arsitek,” katanya.

Sementara itu, sebelumnya Wakil Bupati Gumas Efrensia LP Umbing mengajak masyarakat untuk terus menjaga dan melestarikan berbagai seni dan budaya daerah yang ada.

“Banyak hal positif dari hasil karya dan karsa dari para pendahulu kita. Baik dari seni, budaya atau peninggalan bangunan harus kita rawat, kita jaga dan kita lestarikan sebagai aset masa depan,” katanya.

(ANTARA)