Ogah Ikut Salat Istiska, Hanya Satu Anggota DPRD Kotim yang Hadir

NARDI/BERITASAMPIT - Salat istigasah di halaman kantor Bupati Kotawaringin Timur.

SAMPIT – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kotawaringin Timur (Kotim) menggelar salat Istiska atau salat memohon agar diturunkan hujan diikuti ratusan jemaah yang terdiri dari unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kepala SOPD serta masyarakat.

Namun dari sekian ratus jemaah itu, hanya terlihat satu anggota dewan yang tampak hadir yaitu Wakil Ketua I DPRD Kotim H Rudianur dalam salat yang dilaksanakan di Halaman Kantor Bupati Kotim pukul 07.30 WIB itu, Selasa 3 Oktober 2023, ke mana yang lain menuai tanda tanya.

Tampaknya sebagian besar mereka tidak hadir, berbanding terbalik bilamana mereka menggelar rutinitas sebagai wakil rakyat yakni perjalanan dinas yang selalu nampak tidak pernah absen.

BACA JUGA:   Susun Jadwal, DPRD Gelar Banmus bersama Eksekutif

Sehingga melihat kondisi ini terkesan mereka seperti tidak peduli dengan kondisi daerah saat ini padahal salat itu digelar oleh Pemkab Kotim bersama Polres Kotim tersebut mengundang masyarakat secara terbuka.

Di tengah kabut dan bau asap karhutla jemaah yang menggunakan masker itu bersama-sama memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa yang dilakukan serta berdoa agar segera diturunkan hujan dan wilayah Kotim dijauhkan dari musibah.

Bupati Kotim Halikinnor yang ikut serta menyampaikan salat istiska adalah salat sunah yang dilakukan untuk meminta diturunkannya hujan.

“Salat ini dilakukan karena kemarau yang panjang melanda Kotim sehingga kebakaran lahan semakin meluas dan kabut asap semakin tebal,” kata Halikin.

BACA JUGA:   Sekda Sampaikan Pidato Pengantar Bupati Katingan ke DPRD Terkait LKPI Tahun Anggaran 2023

Ia juga mengajak semua masyarakat lintas agama sama-sama memohon agar musibah karhutla dan kabut asap bisa segera terselesaikan.

Kondisi Kota Sampit, saat ini sangat memprihatinkan dengan diselimuti kabut asap yang sangat tebal, bahkan jarak pandang hanya dikisaran 2-5 meter, Senin 2 Oktober 2023.

Bukan hanya asap yang tebal, namun bau yang menyengat seperti belerang dan tumbuhan yang terbakar, dampak dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) juga membuat hidung sakit serta napas sesak.

Bahkan diketahui Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Sampit menyentuh angka 1057, PM 10 yang mana masuk kategori sangat berbahaya.

(Nardi)