Asal-Usul Nasi Jamblang Khas Cirebon, Mulanya Disajikan untuk Buruh

IST/BERITASAMPIT - Asal-usul nasi jamblang khas cirebon.

Kota Cirebon tanpa etnis Tionghoa, ibarat sayur tanpa garam. Karena etnis Tionghoa banyak mewarnai budaya Cirebon atau disebut budaya campuran (Caruban). Kebudayaan Cirebon disebut budaya campuran karena berasal dari budaya Sunda, Jawa, Tiongkok atau China, India dan jazirah Arab.

Aspek-aspek budaya Cirebon dari beberapa unsur etnis dan ras itu saling melengkapi. Misalnya aspek budaya sisi kuliner, kita mengenal sega atau nasi Jamblang. Akan tetapi tidak mengenal siapa pencetus atau pembuat kuliner sega jamblang.

H Abdul Latif atau disebut juga Ki Antra seorang adalah pedagang dan pemilik rumah potong hewan yang memiliki empat orang istri. Salah satu istrinya bernama Nyi Pulung atau nama aslinya Tan Piauw Lun.

Tan Piauw Lun adalah putri pasangan Tan Tie Pie dengan Nyai Sarjani. Sementara Tan Tie Pie masih keturunan dari Tan Sam Cay atau dikenal dengan nama Mohamad Syafei, yang datang ke daerah Pakungwati Cirebon kala itu dengan rombongan putri Nio Ong Tien yang mengunjungi Sunan Gunung Jati selanjutnya diperistri.

BACA JUGA:   Gerindra Usulkan Menteri dari Kalimantan Tengah

Karena kecakapannya mengelola keuangan maka Tan Sam Cay atau Mohamad Syafei diangkat Bendahara Kraton Pakungwati Cirebon. Dan diberi gelar Tumenggung Wiracula. Makamnya di belakang Pasar Pagi, Jalan Sukalila Utara, Kota Cirebon.

Dari beberapa generasi keturunannya itu terlahir Tan Tie Pie yang bermukim di wilayah Jamblang sekarang ini Sementara H Abdul Latif atau Ki Antra adalah keturunan trah Keraton Kanoman.

Haji Abdul Latif dan Nyi Pukung setiap hari selalu memberi sedekah nasi untuk kaum buruh yang bekerja di pabrik spirtus dan alkohol di Palimanan yang kesulitan mencari makan siang. Kaum buruh sendiri berasal dari daerah Sinďang Jawa, Cikeduk Cisaat dan daerah lainnya.

Pasangan suami istri melakukan sedekah nasi atau sedekah liwet sambil mengelola rumah potong hewan dan berjualan daging. Diperkirakan rumah H. Abdul Latif dan Nyi Pulung di blok Pengkolan Pejagalan, Klangenan sekarang ini. Karena setiap hari selalu menerima sedekah nasi, oara mandor dan kaum. Buruhnya tidak enak hati. Lalu mereka membayarnya sebagai pengganti membeli beras dan bahan-bahan lauk pauk yang dimasak Nyi Pulung.

BACA JUGA:   Ramadan Tiba, Legislator Golkar Dorong Pemda Jaga Stabilitas Harga Pangan

Lambat laun nasi bungkus Nyi Pulung banyak peminatnya sampai akhirnya Nyi Pulung membuka warung nasi bungkus daun jati dengan aneka ragam jenis lauk pauknya.

Pertama kali Nyi Pulung membuka warung nasi bungkus di daerah Cengkang, Jamblang. Sehingga dikenal dengan.sebutan nasi atau Sega Jamblang.

Karena pembuatnya masih keturunan etnis Tionghoa
maka lauk pauknya dari unsur nabati seperti tahu tempe serta olahan lainnya dengan unsur rempah rempah lebih dominan.

Nyi Pulung atau Tan Piauw Lun pertama kali berjualan nasi jamblang pada abad 19 masehi sepeninggal Nyi Pulung, diteruskan oleh keturunan secara turun temurun.

Menurut Bambang Sukarno dari LPKC, generasi ke lima Nyi Pulung adalah Nyi Hj Entin almarhum. Sekarang dilanjutkan oleh putranya yang berjualan nasi jamblang, TULEN sebelah Utara pasar Jamblang.

(Ahmad Jajuli)