Mengenal Lebih Dekat Desa Satiruk, Desa Terisolir dengan Potensi Wisata Pantai dan Hutan mangrove yang Indah

IBRAHIM/BERITA SAMPIT- Desa Satiruk dengan sejumlah wisata tersembunyi.

SAMPIT – Desa Satiruk di Kecamatan Pulau Hanaut, salah satu desa yang terletak di bagian selatan wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah.

Sejarah kelahiran desa Satiruk belum di ketahui secara lengkap karena tidak adanya bukti-bukti tertulis yang menerangkan tentang asal usul atau sejarah dari Desa Satiruk. Namun sedikit dijelaskan bahwa nenek moyang masyarakat Desa Satiruk berasal dari wilayah Tenggara Pulau Kalimantan yang kini Kalimantan Selatan.

Secara kultural kelompok masyarakat Desa Satiruk sejatinya tidak hanya hidup di wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur,  masyarakat Satiruk juga masih berkerabat dengan penduduk di Teluk Pulau Kabupaten Katingan.

“Desa Satiruk memiliki luasan 13.753 hektar (ha), luasan bibir Pantai 177 ha, hutan bakau 4.897 ha, hutan nipah 1.153 ha, hutan cemara 246 ha,” ujar Kepala Desa Satiruk Asra pada Minggu 3 Maret 2024.

Desa Satiruk adalah salah satu desa yang terletak kurang lebih 30 kilometer dan dari Ibu kota kecamatan Pulau Hanaut. Desa Satiruk dianggap sebagai desa yang memiliki potensi wisata pantai yang indah dan hutan mangrove yang memanjakan mata.

Kecamatan Pulau Hanaut sendiri merupakan kecamatan seberang yang dipisahkan oleh Sungai Mentaya dari Ibu Kota Kabupaten Kotawaringin Timur memiliki 14 desa dan Desa Satiruk merupakan desa terujung yang berpapasan langsung dengan laut Jawa.

Karena terujung, Desa Satiruk dinilai sebagai desa yang isolir karena sulitnya akses transportasi umum menuju ke sana baik darat maupun laut terutama untuk warga luar daerah yang ingin berkunjung ke desa tersebut.

BACA JUGA:   Pesan Menohok Pelaku UMKM di Sampit ke PLN karena Listrik Sering Padam saat Ramadan

“Di Desa Satiruk tidak ada feri tetap atau yang terjadwal, kalau yang ke seberang atau ke Sampit biasanya carteran kelotok ongkosnya bisa Rp5 ratus ribu sampai Rp1 juta,” ujar salah satu warga Juwarsih.

Namun, kehidupan masyarakat di Desa Satiruk masih cukup sederhana dan solidaritas yang tinggi karena tidak semua yang ke seberang harus carteran dengan ongkos besar kadang mereka bersama-sama saking membantu.

Menuju Desa Satiruk dan umumnya di semua desa di Kecamatan Pulau Hanaut menggunakan kelotok atau feri tradisional transportasi laut melalui dermaga di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan/Samuda. Sementara perjalan menuju Desa Satiruk memakan waktu lebih kurang satu jam perjalanan.

Sebagian besar masyarakat Desa Satiruk merupakan Nelayan sisanya ada juga yang berkebun dan bertani. Saat berkunjung ke sana terlihat perahu-perahu berjejeran di tepi pantai dan sungai dan hari-hari mereka menghabiskan waktu di laut untuk mencari ikan.

“Desa Satiruk memiliki 425 kepala keluarga (KK) dari 10 RT dan 4 RW,” lanjut Asra.

Selain itu, Desa Satiruk dinilai sebagai desa yang memiliki potensi wisata pantai dan hutang magrove (bakau) masih alami yang merupakan habitat berbagai jenis binatang seperti Bekantan hewan endemik Pulau Kalimantan dan berbagai jenis burung.

BACA JUGA:   Pemkab Kotim Imbau Warga Pastikan Harta Aman Sebelum Berangkat Ibadah

Desa Satiruk memiliki dua pantai yakni Pantai Satiruk dan Pantai Cemeti memiliki hamparan pasir putih yang indah. Suasana hening dari hiruk-pikuk aktivitas manusia, hanya terdengar deburan ombak yang sesekali diselingi kicauan burung bersahutan.

Saat memasuki Desa  Satiruk, pengunjung akan disuguhi pemandangan alam berupa hutan alami di sepanjang pinggir sungai yang dilewati ditambah penampakan sejumlah hewan yang meloncat-loncat dan beraktifitas ditepi sungai.

Karena menawarkan keindahan, Desa Satiruk tanggal 31 Januari 2023 mendapatkan pengakuan dari kementrian sebagai desa wisata dan desa binaan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf RI).

Salah satu Mahasiswa Kotim Saaban menceritakan saat melakukan kunjungan ke Desa Satiruk mengikuti program Clean Up Desa Wisata Satiruk bersama Organisasi Kepemudaan dan Kelompok pemuda peduli lingkungan.

“Untuk Potensi Wisata di Desa ini sangat besar melihat pantai dan hutannya, tapi yang harus dipikirkan dulu akses jalan menuju ke sini, kalau aksesnya masih sulit, sulit juga untuk dijadikan sebagai tempat wisata yang menghasilkan,” ungkap Saaban.

Menurutnya untuk menjadikan Desa Satiruk sebagai desa wisata perlu pelibatan semua unsur terutama pemerintah desa dan kabupaten untuk memperomiskan dan menyiapkan akses yang yang layak untuk wisawan.

“Melihat kondisi saat ini di Desa Satiruk butuh waktu untuk menjadikan Desa ini sebagai desa wisata, kebersihan pantai dan kesadaran masyarakat untuk hidup bersih juga masih perlu dibina,” bebernya.

(Ibra)