Masjid At-Tin TMII Kemegahan Tersembunyi Peninggalan Soeharto

    JAKARTA – Suasana dihari Minggu (17)6/2018) pada halaman parkir Masjid At-Tin di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta Timur, berjejer 15 bus besar memanjang parkir ditambah 500 lebih mobil pribadi menyebar di sekeliling area luar pagar masjid. Parkiran itu tidak menutupi besarnya bangunan masjid.

    Kumpulan massa sekitar 1.000 lebih orang yang hadir pada acara mau Pulang Basamo ke Padang, Sumatera Barat, saat duduk di pelataran (plaza) masjid bahkan sebagian duduk dalam masjid tidak juga mempengaruhi luasnya bangunan masjid itu.

    Ditambah salat berjamaah Zuhur di lantai 1 dengan bergabung pria dan wanita dalam satu ruangan, posisi pria berjamaah di depan dan perempuan di belaksng dengan ada pembatas, sebanyak orang itupun ruangan tempat salat masih luas.

    Bahkan kumpulan jamaah itu terlihat sedikit seakan ditelan ruangan luas.

    Sehingga memberi kesan bahwa masjid At-Tin yang dibangun pada masa Kejayaan Presiden Soeharto itu bangunan masjid sangat besar dan begitu juga tempat parkirannya. Suatu peninggalan tempat ibadah yang besar dari mantan Presiden Soeharto.

    Berapa luas bangunan dan area masjid yang diperuntukkan tidak saja untuk ibadah salat tapi juga di ruang lantai dasar ada tempat acara yang disewakan untuk umum dari acara pernikahan, diskusi dan lainnya?

    Dari data bangunan masjid sumber Wikipedia, mulai dibangun pada April1997, luasnya 70.000 meter per segi dengan kapasitas menampung sekitar 9.000 orang untik dalam masjid dan 1.850 orang di selasar tertutup dan plaza.

    Masjid At-Tin selesai dibangun tahun 1999 dan dibuka secara umum pada tanggal 26 November 1999.

    Ada yang unik dari bentuk bangunan masjid. Gaya arsitektur masjid ini berusaha menonjolkan lekukan bentuk anak panah pada dinding di hampir semua sudut dan ornamen yang menghiasinya.

    Lekukan anak panah dapat terlihat jelas jika dari muka masjid arah pintu masuk arah timur bangunan.

    Kita dapat melihat ekukan-lekukan panah sebelum memasuki ruang dalam masjid. Dari pintu masuk jika membalik badan menghadap timur terllihat taman dikelilingi plaza berbentuk lingkaran yang terbuat dari marmer berwarna krem.
    Dari plaza menuj u arah muka masjid, terdapat jalan yang terletak di kanan dan kiri plaza.

    Bagian muka masjid tersebut secara terinci menampilkan tiga lekukan anak panah yang bagian tengahnya didominasi dengan warna abu-abu.

    Motif yang ditampilkan pada lekukan berbentuk anak panah ini sepintas menyerupai tebaran bunga, karena dihiasi oleh sejumlah gambar bermotif bunga di tengahnya.

    Selain tiga lekukan berbentuk anak panah tersebut, juga terdapat dua lekukan anak panah lagi (ukurannya lebih kecil) pada sisi kanan dan kiri dinding masjid.

    Diamati secara rinci tampak dari bagian muka masjid sebuah kubah utama yang diapit oleh empat kubah kecil. Pada bangunan kubah-kubah kecil ini juga dipenuhi lekukan berbentuk anak panah yang lebih tinggi dan runcing.

    Mencoloknya lekukan, konstruksi, dan ornamen yang berbentuk anak panah pada tiap bagian masjid ini memberikan gambaran bahwa rancang bangun masjid At-Tin didesain se-minimal mungkin untuk mengekspos elemen estetis terputus dengan mengedepankan gerakan geometris yang terus bersambung seperti yang tergambar dalam sudut masing-masing anak panah yang saling berhubungan.

    Bentuk anak panah ini memiliki makna agar umat manusia tidak pernah berhenti mensyukuri nikmat Allah—seperti terlukis dalam bentuk anak panah, mulai dari titik awal hingga titik akhir.

    Berbeda dengan masjid pada umumnya, penggunaan ornamen kaligrafi dalam masjid ini sangat minim. Ornamen kaligrafi hanya tampak pada dinding bagian atas ruang salat utama (lantai satu) dan sepanjang dinding pada lekukan anak panah di area mihrab dan mimbar.

    Dengan menggunakan cat warna hijau muda, tampak tulisan ayat-ayat Al-Qur‘an mengitari dinding ruang salat utama yang juga bisa dilihat dari arah mezanin.

    Secara umum, masjid At-Tin dikelilingi oleh koridor-koridor dengan atap yang dibentuk seperti anak panah. Koridor ini merupakan sarana bagi para pengunjung berjalan kaki menuju gedung utama masjid.

    Selain itu, koridor ini juga sering digunakan untuk salat, saat jemaah tidak lagi tertampung di dalam masjid.

    Mungkin, tujuan lain dari pembuatan koridor ini juga untuk menghindari rusaknya taman akibat diinjak oleh pengunjung.

    Taman ini memang banyak ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman, seperti palm, tanaman merambat, dan rerumputan.

    Sekilas taman ini tampak seperti padang rumput yang terpetak-petak karena diberi jalur setapak bagi pejalan kaki.

    Di area rerumputan ini juga terdapat empat kolam air mancur berbentuk bunga mekar yang pada bagian dindingnya bisa difungsikan sebagai kran tempat wudhu.

    Karena luasnya arena masjid ini maka yang mau ambil wudhu harus melangkah agak jauh ke belakang tingkat dasae. Selesai itu baru melangkah lagi naik tangga ke ruang salat.

    Masjid besar jika tidak ada acara besar apakah jamaahnya saat salat wajib lima waktu banyak yang mengisi? Mengingat tempat ini jauh dari hunian penduduk juga jauh dari tempat pengunjung rekreasi rumah mini adat suku seeluruh Indonesia.

    Hanya Allah yang tahu…

    (jan/Beritasampit.co.id)