Isu Radikalisme Memprihatinkan, 500 Mahasiswa Kembali Kokohkan Semangat Kebangsaan

    JAKARTA – Sekitar 500 pemuda muslim Indonesia berkumpul di Universitas Indonesia, Sabtu (21/7/2018). Mereka berkumpul dalam rangka berupaya mengokohkan semangat kebangsaan dengan keprihatinan isu radikalisme yang dapat memecah belah bangsa.

    Dalam kegiatan sekolah kebangsaan ini, pemuda yang terhimpun dalam forum silaturahmi lembaga dakwah kampus (FSLDK) Indonesia memperlihatkan peran masyarakat kampus dalam menjaga persatuan. Hal tersebut disampaikan Ketua Pusat Komunikasi Nasional FSLDK Indonesia Fahrudin Alwi SHum.

    “Kami berhimpun hari ini dari seluruh provinsi di Indonesia untuk kembali menjalin
    persaudaraan dan menguatkan semangat berkontribusi bagi bangsa serta tidak pernah
    lelah mensyiarkan Islam yang rahmatan lil ‘alamiin”, ujar Alwi.

    Hadir juga dalam acara ini beberapa narasumber, Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol Ir Hamli ME, Direktur Kemahasiswaan Dirjen Perguruan Tinggi Meristekdikti Dr Didin Wahidin MPd, dan Kaba Intelkam Polri Komjen Pol Drs Lutfi Lubihanto MM.

    Komjen Lutfi Lubihanto menyampaikan, bahwa Polri membutuhkan mahasiswa untuk melakukan kontra ideologi dengan lebih menggiatkan kegiatan yang memperkokoh nilai Pancasila. Bahkan ia mengatakan bahwa Polri punya teman untuk mewujudkan persatuan Indonesia dan menangkal radikalisme.

    Sementara itu, Brigjen Hamli berpesan, bahwa tindakan terorisme yang mengatasnamakan agama adalah sebuah hal yang keliru, dan mahasiswa lah yang harus berperan aktif menyelesaikan masalah tersebut.

    “Semua tindakan terorisme yang membunuh orang yang tidak bersalah adalah kekeliruan, apalagi mereka mengatasnamakan agama kita (Islam). Dan adik-adiklah yang bisa
    mencegah kekeliruan ini”, tuturnya dalam rilis berita yang diterima beritasampit.co.id, Minggu (22/7/2018).

    Selain itu, perwakilan Kemenristek Dikti berharap, kepada para peserta sebagai insan intelektual, untuk selalu aktif menjaga persatuan dengan mengokohkan ilmu pengetahuan, karakter, memahami era globalisasi, dan tidak melupakan nilai ke-Indonesiaan.

    Lebih menarik, Amel salah satu peserta dari Papua menyampaikan bahwa aliansi mahasiswa Papua telah berhasil mengadakan agenda bersama lintas agama untuk aktivitas sosial. Sebab itu ia berharap, mahasiswa di provinsi lain mampu mengambil inspirasi dari kegiatan tersebut.

    (sps/beritasampit.co.id)

    Editor : Irfan